Mohon tunggu...
Hadi Some
Hadi Some Mohon Tunggu... -

still me, HS hehehe

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pudarnya Kekuatan Tennis Puteri Amerika

9 Mei 2011   23:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_108305" align="aligncenter" width="638" caption="para petenis putri yang membela Amerika - HS. dari berbagai sumber"][/caption]

Pada tahun 90-an, public Amerika boleh bangga dengan ramainya atlit tennis yang membela negaranya. Sebut saja Martina Navratilova, petenis Cekoslovakia yang hijrah dan membela Amerika. Atau Monica Seles, petenis terbaik dunia asal Yugoslavia, yang juga hijrah dan membela Amerika. Serta Mary Joe Fernandez, petenis kelahiran Rep. Dominika yang juga turut membela Amerika. Sejak saat itu, Amerika seolah tak henti-hentinya menelurkan petenis-petenis berprestasi. Setelah ѐra Seles dan Mary Joe, Amerika pun diwakili oleh Jenifer Capriati dan Lindsay Davenport di jajaran topten petenis terbaik. Bahkan, Capriati dan Davenport adalah dua petenis Amerika dari generasi yang sama, yang pernah berprestasi mendunia dan sempat menduduki peringkat satu dunia. Setelah Seles, Mary joe, dan Capriati mundur dari kancah tenis wanita dunia, praktis beban Amerika bertumpu pada Davenport dan kawan-kawan. Beruntung, Lindsay Davenport berhasil melejit dan bersaing dengan musuh bebuyutannya, Martina Hingis, saat itu. Lepas ѐra Davenport, muncul duo petenis kulit hitam Williams Sister. Venus dan Serena. Dua petenis ini menjadi petenis terbaik Amerika meneruskan generasi sebelumnya untuk menduduki jajaran top elit dunia. Selain The Williams, public Amerika juga masih memiliki Meghan Saughnessy dan Ashley Harkleroad untuk nomer tunggal. Serta Liezel Huber (petenis kelahiran Afrika yang turut memperkuat squad Amerika) di nomor ganda. Selama hampir satu dekade, nama Venus dan Serena selalu bersaing memperebutkan tempat terbaik di berbagai kejuaraan. Bahkan kedua petenis bersaudara ini menjadi musuh bebuyutan ketika berada di lapangan. Terhitung, 13-9 skor pertemuan antara Serena dan Venus selama mereka bertemu dalam beberapa even pertandingan. Hingga tahun 2011 ini, Serena dan Venus masih mampu bersaing bersama para petenis muda dari negara-negara lain. Namun, karena didera cedera, kedua petenis ini terpaksa absen dari beberapa pertandingan. Hal tersebut membuat Venus dan Serena melorot dan terlempar dari peringkat 10 besar. Bahkan berdasarkan susunan peringkat terbaru yang dirilis oleh wtatennis.com, Serena mengalami penurunan sebanyak 7 peringkat dari rangking 10 ke 17. Sedangkan sang kakak, Venus yang genap berusia 31 tahun di tahun 2011 ini, melorot dari peringkat 16 ke 19. Sebagai pemerhati tennis wta, saya agak sanksi dengan tim Amerika saat ini. Selepas generasi duo Williams yang kini berusia 30-an, publik Amerika belum menemukan petenis yang mampu meroket seperti para petenis sebelumnya. Sempat disebut-sebut adalah Melanie Oudin di tahun lalu, sebagai the next American's Sweet Hearts. Namun, prestasi Oudin kurang menggembirakan dibanding petenis-petenis seangkatannya macam Caroline Wozniacki (Denmark) atau Petra Kvitova (Ceko). Saat ini, selain pada Serena dan Venus, publik Amerika hanya diwakili oleh Bethanie Mattek-Sand yang sudah berusia 26 tahun dan kurang begitu berprestasi macam Venus atau Serena. Mattek-Sand saat ini bertengger di peringkat 38. Juga ada Coco Vandeweghe serta Christina McHalle yang masih berkutat di papan bawah top 100. Melempemnya tennis Amerika ini sangat bertolak belakang dengan tennis puteri Russia. Boleh jadi, saat ini publik Russia sedang berbangga karena para petenisnya berhasil menjadi petenis-petenis yang selalu diperhitungkan dalam setiap pertandingan. Ah, jika saja kita bandingkan, publik Indonesia juga sedang mengalami hal yang sama pada cabang olah raga bulutangkis. Masa keemasan atlit Indonesia di Bulutangkis saat ini sedang diuji dengan minimnya prestasi. Nama-nama atlit Indonesia tenggelam dibawah nama-nama atlit China dan negeri-negeri lain yang semula tidak memiliki prestasi bulutangkis yang mendunia macam Thailand atau Taiwan dan Hongkong. Akankah tennis puteri Amerika seperti bulutangkis Indonesia? Mengalami penurunan dari pentas dunia? Kita tunggu saja kiprah petenis-petenis muda macam Melanie Oudin, Coco Vandeweghe, dan Christina McHalle. (HS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun