Bandeng bukan sekadar ikan biasa. Di balik durinya yang terkenal "rame", tersimpan cerita tradisi yang erat kaitannya dengan budaya Tionghoa dan Betawi. Dua komunitas ini memandang ikan bandeng sebagai simbol rezeki dan kehangatan silaturahmi, terutama menjelang Tahun Baru Imlek.
Bagi masyarakat Tionghoa, ikan bandeng menjadi hidangan wajib dalam ritual sembahyang. Biasanya, bandeng diolah dengan cara ditim untuk dipersembahkan kepada leluhur sebagai simbol harapan akan kemakmuran. Sementara itu, masyarakat Betawi punya tradisi unik yang disebut "nganter bandeng", yakni mengirim bandeng pindang kepada kerabatnya termasuk masyarakat Tionghoa sebagai bentuk silaturahmi menjelang Imlek. Sebagai gantinya, masyarakat Tionghoa akan menggantinya dengan memberikan kue keranjang atau yang kita kenal dengan 'dodol cina'.Â
Ada sebuah tradisi yang lekat dengan kepercayaan bahwa semakin besar ukuran bandeng, semakin besar pula rezeki yang akan datang di tahun mendatang. Tak heran, di festival ini harga bandeng meroket. Bandeng biasa yang biasanya Rp30-40 ribu per kilogram melonjak hingga Rp75 ribu, bahkan bandeng berukuran jumbo bisa mencapai jutaan rupiah
Festival Bandeng Rawabelong: Menyambut 5 Abad kota Jakarta
Pada 27-28 Januari 2025, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Persatuan Masyarakat Husni Thamrin menggelar Festival Bandeng Rawabelong. Festival ini menjadi salah satu agenda menyongsong perayaan 5 abad Jakarta sekaligus melestarikan tradisi "nganter bandeng".
Sedianya, sejak 1960an setiap menjelang Imlek lapak-lapak penjual bandeng dadakan ini memang selalu hadir di sepanjang jalan Sulaiman Rawabelong, dekat dengan pasar bunga Rawabelong.Â
Selain menjajakan bandeng, dari ukuran standar hingga jumbo semua tersedia, festival ini juga diramaikan dengan aneka kuliner berbahan utama bandeng seperti pesmol, pecak dan sate bandeng, dan demonstrasi cabut duri bandeng. Di acara ini juga dihadirkan seni dan budaya Betawi seperti tarian Betawi, gambang kromong, bakar petasan, palang pintu dan atraksi silat si Pitung.
Lebih dari Sekadar Bandeng
Tradisi ini bukan hanya soal makanan, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan toleransi yang terjalin erat di Jakarta. Bandeng menjadi medium yang menghubungkan berbagai etnis dan keyakinan, membuktikan bahwa perbedaan dapat memperkaya, bukan memisahkan.