Mohon tunggu...
Diah Woro Susanti
Diah Woro Susanti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger

Penulis lepas dan blogger yang gemar berbagi cerita tentang gaya hidup, kuliner, travelling dan edukasi sosial. Aktif menulis untuk mendukung program Bina KUA & Keluarga Sakinah Kemenag RI, khususnya dalam edukasi keluarga dan bimbingan perkawinan serta informasi terkini. Semoga bisa menginspirasi dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Bandeng: Harmoni Budaya Tionghoa dan Betawi dalam Festival Bandeng Rawabelong

29 Januari 2025   14:08 Diperbarui: 29 Januari 2025   14:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram Claudiopramana

Bandeng bukan sekadar ikan biasa. Di balik durinya yang terkenal "rame", tersimpan cerita tradisi yang erat kaitannya dengan budaya Tionghoa dan Betawi. Dua komunitas ini memandang ikan bandeng sebagai simbol rezeki dan kehangatan silaturahmi, terutama menjelang Tahun Baru Imlek.

Bagi masyarakat Tionghoa, ikan bandeng menjadi hidangan wajib dalam ritual sembahyang. Biasanya, bandeng diolah dengan cara ditim untuk dipersembahkan kepada leluhur sebagai simbol harapan akan kemakmuran. Sementara itu, masyarakat Betawi punya tradisi unik yang disebut "nganter bandeng", yakni mengirim bandeng pindang kepada kerabatnya termasuk masyarakat Tionghoa sebagai bentuk silaturahmi menjelang Imlek. Sebagai gantinya, masyarakat Tionghoa akan menggantinya dengan memberikan kue keranjang atau yang kita kenal dengan 'dodol cina'. 

Ada sebuah tradisi yang lekat dengan kepercayaan bahwa semakin besar ukuran bandeng, semakin besar pula rezeki yang akan datang di tahun mendatang. Tak heran, di festival ini harga bandeng meroket. Bandeng biasa yang biasanya Rp30-40 ribu per kilogram melonjak hingga Rp75 ribu, bahkan bandeng berukuran jumbo bisa mencapai jutaan rupiah

Festival Bandeng Rawabelong: Menyambut 5 Abad kota Jakarta

Sumber : Instagram Claudiopramana
Sumber : Instagram Claudiopramana

Pada 27-28 Januari 2025, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Persatuan Masyarakat Husni Thamrin menggelar Festival Bandeng Rawabelong. Festival ini menjadi salah satu agenda menyongsong perayaan 5 abad Jakarta sekaligus melestarikan tradisi "nganter bandeng".

Sedianya, sejak 1960an setiap menjelang Imlek lapak-lapak penjual bandeng dadakan ini memang selalu hadir di sepanjang jalan Sulaiman Rawabelong, dekat dengan pasar bunga Rawabelong. 

Selain menjajakan bandeng, dari ukuran standar hingga jumbo semua tersedia, festival ini juga diramaikan dengan aneka kuliner berbahan utama bandeng seperti pesmol, pecak dan sate bandeng, dan demonstrasi cabut duri bandeng. Di acara ini juga dihadirkan seni dan budaya Betawi seperti tarian Betawi, gambang kromong, bakar petasan, palang pintu dan atraksi silat si Pitung.

Lebih dari Sekadar Bandeng

Tradisi ini bukan hanya soal makanan, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan toleransi yang terjalin erat di Jakarta. Bandeng menjadi medium yang menghubungkan berbagai etnis dan keyakinan, membuktikan bahwa perbedaan dapat memperkaya, bukan memisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun