Tapi memulai  juga bukanlah hal mudah. Baik ibu Siti Laela maupun masyarakat Terogong tidak tau cara membatik. Mereka tak sempat belajar membatik kala mereka masih kecil. Hingga akhirnya bu  Lalea mendatangkan pengrajin dari Pekalongan untuk mengajarinya membatik dengan cara konvensional. Nah, sekarang di hadapan saya, inilah dia 40 motif andalan Batik Betawi Terogong yang terinspirasi dari flora, fauna dan ciri khas Jakarta seperti ondel-ondel, abang none Betawi, Monas, dan lain-lain.Â
Motif Batik dan Filosofinya
Ibu Siti Laela mengisahkan, jaman dulu ketika dirinya masih kecil, pohon mengkudu dan ciremai tumbuh banyak sekali di kampung Terogong. Terinspirasi dari situ, ibu Siti Laela kemudian membuat motif Tebar Mengkudu yang artinya tekun dan sabar emang kudu. Motif ini ditujukan untuk menguatkan masyarakat Betawi yang teus tersingkir ke daerah pinggiran jadi harus tetap tegar dan sabar. Ah, jadi sedih, kan.Â
Motif lain yang mengingatkannya pada masa kecil adalah daun pihong atau daun pacar kuku. Saat dirinya masih kecil, ada kebiasaan di daerahnya kalau orang pergi Haji yang ditunggu oleh-olehnya adalah hena atau pacar kuku. "Waktu saya kecil, saya suka bikin kutek dari pacar kuku. Ini mah mainan saya," kenangnya sambil tersenyum.Â
Lalu apa ya kira-kira motif yang jadi favorit? Bu Siti Laela kemudian menunjukkan beberapa kain. Umumnya orang menyukai batik bermotif khas Jakarta misalnya ondel-ondel, penari Yapong, Tugu Monas, Tugu Pancoran dan abang none Betawi. Harganya bervariatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan tergantung dari detil motif dan banyak warna yang digunakan.Â
Belajar Membatik
Bu Laela mengajak Ladiesiana untuk belajar membatik. Dari mulai menyalakan malam hingga mencair dan panasnya cukup, merogoh bagian dalam canting supaya ga mampet, menyorek (istilah yang digunakan untuk menjiplak pola di atas kain dengan pensil), dan mengoleskan cairan malam ke atas kain. Nah ini yang sulit. Kita harus hati-hati menuangkan cairan malam. Kalau kebanyakan bisa mbeleber., kalau kekurangan tidak kelihatan hasilnya. Hati-hati selalu supaya cairan malam tidak netes ke baju atau ke kain yang akan dibatik.Â
Nah dari mba Wid kakak saya, saya baru tau kalau membatik diambil dari kata 'tik... tik... tik...' saat canting bermain di atas kain. Saya coba terapkan mengikuti irama hati, ' tikk... tikk... tikkk...' tapi tetap saja susah. Kemudian saya teringat motif Batik buatan bu Laela Tebar Mengkudu. Sepertinya saya  Tetap Sabar Emang Kudu, ya?Â
Batik adalah bagian dari sejarah wastra Indonesia. Di atas kain batik kita akan menemukan jutaan cerita dibalik proses pembuatannya. Sayang sekali kalau batik punah tergilas jaman. Sudah waktunya kita kembali membudayakan batik. Seperti ibu Siti Laela dengan batik Betawi Terogongnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H