Mohon tunggu...
Diah Woro Susanti
Diah Woro Susanti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blogger

Blogger, Content Creator FB : Mbak Dee Twitter/Ig : @mba_diahworo Email : Diahworosusanti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Etiket Memberi dan Menerima Barang Lungsuran

28 Juli 2015   18:22 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:05 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam KBBI, kata lungsuran berasal dari bahasa Jawa yang berarti barang lama atau pakaian bekas.

Di Indonesia, tradisi lungsuran kemudian menjadi budaya yaitu kebiasaan memberi dan menerima barang yang sudah tidak terpakai lagi namun kondisinya masih layak. Biasanya terjadi pada keluarga besar yang ada pertalian darah. Namun tak menutup kemungkinan bila budaya lungsuran juga terjadi pada antara teman atau tetangga.

Ada kalanya niat hati memberi lungsuran tidak mendapat respon positif dari si penerimanya. Jika sudah begitu, barang menjadi tidak berdaya guna dan bersifat mubazir. Belum lagi antara si pemberi dan si penerima sama-sama berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Padahal, mungkin saja kedua belah pihak terhitung masih kerabat. Nah, bagaimana etiketnya agar satu sama lain tidak tersinggung?

Sebagai si pemberi :

  • Niatkan dalam hati bahwa pemberian barang lungsuran ini bebas dari keinginan meremehkan atau mengecilkan si pemberi. Fokuskan niat hanya untuk memanfaatkan fungsi barang yang sudah tidak terpakai. Tulus tidaknya kita saat memberi akan terasa oleh si penerima.
  • Pastikan status barang lungsuran tersebut apakah diniatkan untuk diwariskan selamanya atau hanya dipinjamkan secara sementara. Sejak awal beritahukan status barang lungsuran secara detil, agar menghindari masalah di kemudian hari.
  • Periksa dulu kondisi fisik barang lungsuran apakah ada cacat atau tidak. Jika ada cacat, sebaiknya dikomunikasikan kepada si penerima, tidak ada salahnya menanyakan apakah dia masih mau memakai atau tidak dengan kondisi seperti itu.
  • Sebaiknya sebelum memberi barang lungsuran, pihak keluarga kita harus mengetahuinya juga agar tidak salah bersikap. Jangan sampai anak kita menganggap barang lungsuran itu masih miliknya.
  • Jangan tersinggung jika pemberian kita ditolak. Mungkin saja si penerima sudah mempunyai barang yang sama.
  • Jaga perasaan si penerima dengan tidak mengungkit-ungkit barang lungsuran dari kita.

Sebagai si penerima :

  • Bersyukurlah atas pemberian tersebut. Tidak usah minder, gengsi atau tersinggung. Hargai niat tulus dari si pemberi.
  • Maklumi bila terdapat kekurangan pada barang lungsuran yang kita terima. Jangan berprasangka buruk, bahwa si pemberi sengaja melakukan itu.
  • Perhatikan baik-baik status kepemilikan barang, apakah dipinjamkan untuk sementara waktu saja atau langsung diberikan kepemilikan penuh. Jika untuk sementara, jaga kondisi barang agar tidak rusak dan tidak seenaknya meminjamkan ke orang lain lagi.
  • Bila kita sudah mempunyai barang yang sama, berikan alasan yang masuk akal agar tidak menyinggung perasaan si pemberi. Tawarkan untuk mengalihkan barang lungsuran kepada yang lebih membutuhkan, berdasarkan referensi dari kita. Daripada mengiyakan karena merasa tidak enak, lantas menerima begitu saja barang lungsuran dan akhirnya barang akan teronggok sia-sia. Mubazir.
  • Apapun situasinya, baik menerima atau menolak pemberian, jangan lupa menunjukkan rasa terima kasih atas niat baik si pemberi.

Nah, terkadang kita harus mempertajam sinyal-sinyal atas niat dan kebutuhan selaku si pemberi atau si penerima. Tidak ada salahnya si pemberi memberi sinyal bahwa di rumah mereka ada barang yang sudah tidak dipakai lagi. Tanyakan langsung pada calon si penerima, apakah dia membutuhkan barang tersebut atau tidak.

Sedangkan sebagai calon penerima, tidak ada salahnya juga memberi sinyal kebutuhan yang mungkin saja bisa dipenuhi oleh si pemberi. Tapi, sekali lagi jangan kecewa atau berprasangka buruk jika harapan tidak sesuai kenyataan. Tetaplah berprasangka baik meskipun bila permintaan kita ditolak.

Lewat budaya lungsuran, kita dilatih untuk menjadi pemberi yang baik dan penerima yang baik. Bila kedua belah pihak sama-sama tulus dalam memberi dan menerima, manfaat tradisi ini akan dapat kita rasakan dan tentunya terhindar dari masalah di kemudian hari.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun