Mohon tunggu...
Diah Trisnamayanti
Diah Trisnamayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar, Ibu rumah tangga, Penulis

I had worked as a teacher at about 23 years. I teach Majoring English in SMK MedikaCom Bandung. Sometime I write in my blog, Facebook, Twitter, Linked, Instagram or Wattpad. I write actually in my spare time after teaching my class. I just wanna to try my positive behavior in order that my students will rise them up more better than me. If I had a lot of trouble to giving lesson, I just send my difficulty to Allah S.W.T.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lembar Kosong

9 Agustus 2023   10:12 Diperbarui: 9 Agustus 2023   10:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Diah Trisnamayanti

Aku hampir saja menaikan bendera putih

Di kepala ku

Harumnya dunia tak lagi mewangi,

Hanya ada bau busuk sana sini.

Tapi Tuhan masih percayakan jiwa dalam

Watak yang mengerat

Sana sini.

Aku hidup hanya untuk bertahan hidup.

Aku kuat ketika Tuhan bersamaku,

Cobaannya menguatkan hakikiku untuk berjalan tanpa menoleh

Ke kanan dan ke kiri.

Lembaran kosong berganti menjadi penuh tulisan

Ucap janji tak kentara di benak dan hati,

Lembaran bertumpuk dan menebal

Perlu klip kehidupan

Dalam berlari menggambar lengkung, garis dan titik-titik.

Terkadang imanku goyah ketika

Hitungan detik tak terekam, jerih payahku bukan kerja cerdas katanya.

Dengan keringat yang mengucur deras saat ku berlari memanggil asa agar

melepas beban di pundakku;

sayangnya, terkadang asaku melayang terhenti

Menanti tanggal berganti.

Perjalanan itu mungkin masih panjang,

Mungkin juga pendek.

Semua orang butuh dukungan

Dan punya kepentingan.

Mana mungkin perduli pada

Orang yang tiap jengkal berpikir tentang dirinya.

Lembar itu kini penuh gejolak,

Tak putih seperti semula.

Belagak seperti pemilik toko emas

Tak satupun emas ada dalam brankas.

Cukuplah ceritaku tertutup kain kanvas dalam

Karya berdarah.

Jika iman tak tertera dalam jiwa, semrawutnya hidup ini

Tak kan terurai dalam bisa yang

Menghisap darah hingga

Tulang.

Cuma helaan nafas menggerakkan

Gelembung nadir

Yang bergemuruh di dada sampai ke kepala.

Tuhanku hanya satu-satunya dan

Aku percaya padaNya,

Aku tahu Engkau selalu melindungi kami

Biarkan aku menangis di bahu Mu

Agar hidupku tenang hadapi sejumput masalah yang

Terekam setiap waktu.

Medio Bandung, 9 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun