Mohon tunggu...
diah surya
diah surya Mohon Tunggu... -

Seorang pengajar di Singaraja-Bali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Tiri Kado Hari Ibu

21 Desember 2010   16:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:31 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Tuhan,

Tuhan, hari ibu tahun ini bolehkah aku minta sesuatu padamu, aku tidak minta ibuku panjang umur, tidak minta beliau sehat selalu, aku minta engkau memberiku ibu tiri. Bukan berarti aku tidak sayang lagi pada ibu kandungku, Tuhan, bukan berarti aku ingin menjadi anak durhaka.  Engkau tahu jawabannya mengapa. Engkau maha tahu, bukan. Ya.. dia ada bersamamu sekarang. aku merindukannya.

Aku minta engkau memberiku ibu tiri. Bukan ibu tiri yang seperti di sinetron-sinetron itu, yang jahat pada anak tirinya, tapi ibu tiri yang baik hati, yang sayang padaku. Aku masih perlu bimbingan, aku perlu seorang ibu di hari-hariku. Ayah tidak bisa selalu kujadikan tempat curhat, apalagi untuk hal-hal pribadiku, aku malu, karena dia laki-laki.

Kuharap ayahku juga sependapat denganku. Aku ingin ada yang membantunya memasak, mencuci, menyiapkan keperluanku. Aku sebenarnya ingin membantunya, aku ingin lebih mandiri, tapi ayahku tidak ingin aku menjadi dewasa sebelum waktunya, itu katanya, dia ingin aku tetap bermain, bersama Lissy, Angel, dan boneka-bonekaku yang lain. Ayah tidak menemaniku bermain seperti dulu ibu menemaniku.

Tuhan, aku merindukan ibuku, tapi aku juga ingin punya ibu tiri. Apakah ibuku nanti sedih disana? Tuhan, tolong sampaikan padanya aku sangat menyayanginya, aku tidak bermaksud menggantikannya, tidak pernah ada yang akan bisa menggantikannya dihatiku. Aku cuma ingin seperti teman-temanku yang punya ayah dan ibu. Apakah aku salah Tuhan?

Ibu, selamat hari ibu. Apakah engkau merayakannya disana? Apakah engkau membuat kue bolu disana? Siapa yang membantumu? Apakah dia mencicip-cicip adonan sepertiku dulu? Apakah enak? Apakah dia juga suka susu coklat hangat seperti aku? Aku merindukanmu. Sangat.

Sekian dulu ya Tuhan. Aku akan ke sekolah sekarang. Sampaikan salamku pada ibuku. Dan tolong pikirkan permintaanmu.

Cium hangat dariku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun