Mohon tunggu...
Diah Sukmawati Malik
Diah Sukmawati Malik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lagi suka sinema, sastra, Skandinavia, & sosialisme.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Saya Percaya Kebahagiaan Itu Dekat Sekali. Kuncinya adalah Menemukan Sudut yang Tepat"

7 Desember 2012   12:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maybe happiness is this: not feeling like you should be elsewhere, doing something else, being someone else." — Eric Weiner, The Geography of Bliss Baru kali ini saya menemukan novel tentang kebahagiaan yang sifatnya filosofis sekaligus jurnalis (?!) sekaligus keilmuan sekaligus diary. Mungkin banyak buku yang bahas kebahagiaan dari sisi sains (psikologi, biologi dll) tapi baru ini yang benar-benar bisa saya nikmati. Pertama, karena saya cinta konsep "visiting and discovering". Kedua, "kebahagiaan" itu sifatnya fundamental. Saya sering memikirkan tentang kebahagiaan. Dan novel ini :') :') :') menyajikan lebih dari ekspektasi saya. Ini subjektif tapi menurut saya (kebanyakan) buku bagus awalnya membosankan. Ini juga. Tapi bab awal buku ini kunci... no matter how bored you are please do not skip the first chapter! Karena bab di Belanda ini yang menjadi "fondasi" penjelasan di bab selanjutnya. Tiap bab kita serasa dibawa mengikuti jalan berpikir jurnalis seperti Weiner yang penuh rasa ingin tahu. Kenapa saya sebut ada filsafat di buku ini? Karena meskipun kita diajak berpikir seperti Weiner tapi kita juga yang menentukan dari deskripsi suatu negara. "Bahagia" dalam konteks filosofis itu apa? Spiritual? Keteraturan? Sumber daya? Kita (saya sih maksudnya) sering berpikir "Kenapa ya saya dilahirkan di Indonesia. Negara korup dan bobrok begini. Bagaimana ya rasanya tinggal di Eropa? Pasti lebih makmur, lebih bahagia, lebih berpendidikan,...." dan semacamnya. Buku ini, mungkin tidak memberi jawaban tapi setidaknya akan memberi gambaran dan pencerahan bahwa "everything (di konteks ini every country) is never as it seems". Salah satu indikasi bahwa pesan dari Eric Weiner telah tersampaikan dengan baik pada pembacanya adalah, pembacanya menjadi lebih banyak bersyukur. Seperti kata Eric Hoffer, kadang, pencarian kebahagiaan itu adalah sumber utama ketidak bahagiaan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun