Mohon tunggu...
Diah Sukmawati Malik
Diah Sukmawati Malik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lagi suka sinema, sastra, Skandinavia, & sosialisme.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Itu Bukan Lima Tahun Sekali, tapi Setiap Hari

24 Juni 2014   14:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya kadang mengibaratkan tanah air itu adalah seorang ibu. Someone who we feel that sometimes is really hard to live with tapi terus-terusan member dan menjadi tempat kita berlindung dan kita amat sayangi dan tentu jahat sekali jika kita abaikan. Tapi selama ini saya merasa sering sekali mengabaikan negara. Saya tahu jargon-jargon macam "Jangan pertanyakan apa yang negara berikan padamu, tanyakan apa yang kamu berikan pada negaramu!" dan semacamnya. Tapi seperti orang Indonesia pada umumnya, saya menganggap bahwa politik adalah hal kotor yang hanya menjadi alat untuk meraih kekuasaan, meskipun memperoleh teori mengenai fungsi politik untuk kemasyalahatan masyarakat.

Meskipun demikian, saya merasa berntung karena pada kali pertama saya terlibat dalam pemilu presiden, saya memiliki kandidat yang gagasan-gagasannya sangat visioner seperti Anies Baswedan. Memang, beliau gagal dalam konvensi dan akhirnya mendukung salah satu kandidat presiden. Namun ada yang lebih saya kagumi, yaitu gerakan turun tangan. Gerakan yang mendukung pemilih untuk lebih kritis, teliti dalam menilai dan mendukung orang baik, yang bersih dan kompeten untuk duduk di pemerintahan.

Turun Tangan adalah hal yang sangat ddibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Kerennya lagi, gerakan ini meningkat sangat pesat hingga 27.000 relawan lebih yang mendukung gerakan ini. Gagasan yang awalnya saya cibir dengan pertanyaan dan pernyataan seperti Kenapa Anies Baswedan mau ikut politik? Kenapa Demokrat? Lebih baik fokus di Pendidikan saja! yang akhirnya dari jawaban yang saya peroleh, saya memutuskan untuk bergabung dengan gerakan ini.

Namun saya sempat merasa kehilangan arah setelah hasil Konvensi diumumkan, dan saya sangat salut akan gerakan kedepan Turun Tangan, sebagai gerakan edukasi sosial-politik. Inilah yang membuat saya salut dengan gerakan ini, berembuk bersama memilih solusi bagi masalah negeri ini secara bersama-sama juga.

Dalam oficial Misson Statement Turun Tangan Bandung : “TurunTangan menjadi wadah untuk bergerak bersama untuk ikut membangun negeri, yang dilandasi pemikiran bahwa permasalahan di Indonesia tidak bisa diselesaikan oleh satu orang saja, dan dengan keinginan bahwa gerakan ini bisa menumbuhkan harapan untuk Indonesia yang lebih baik, serta bisa menjadi inspirasi/contoh bagi tumbuhnya gerakan-gerakan lain di negeri ini.”.
Dalam menjalankan misi tersebut, TT-BDG akan bergerak dalam bidang sosial politik dengan cara :

1.Melakukan pembibitan bagi orang-orang yang berintegritas dan peduli terhadap permasalahan di Indonesia dan mendorong orang-orang tersebut untuk ikut berperan dalam kegiatan politik

2.Melakukan pencerdasan politik kepada masyarakat untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap dunia politik dengan harapan kepedulian masyarakat terhadap masalah politik meningkat dan kontrol sosial dari masyarakat terhadap pemerintahan semakin besar.

Seperti tulisan Edward Suhardi di blognya, can we really afford not to care about politics?

Dengan maraknya negative campaign dan black propaganda di Indonesia, tidakkah hal itu membuat kita muak? Okelah bahkan di negara-negara Eropa Utara yang sangat transparan dan demokratis masih ada hal-hal seperti itu, meskipun tidak semasif di Indonesia. Bedanya apa? Bedanya masyarakat Indonesia, terutama grasroot sangat mudah termakan oleh hal-hal tersebut. Sementara di negara dengan tikngat pendidikan yang maju membuat masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi. Ini valid atau tidak? Dari mana sumbernya? Lalu kalau kandidat A begini maka dampaknya apa jika dia terpilih mewakili rakyat?

Masalahnya jelas, pendidikan politik yang kurang di Indonesia. Berawal dari pragmatisme untuk menajiskan politik dengan cara tidak mau bersentuhan dengan politik praktis, pikiran masyarakat sudah resisten dengan hal-hal yang berhubungan dengan demokrasi. Ujungnya, pemilu hanya dianggap sebagai kesempatan dapat kaos gratis, dapat uang sogokan dan gak kepikiran tentang dampak jangka panjangnya. Padahal bagaimana kita bisa menjalankan demokrasi yang baik dengan ideal jika pengetahuan masyarakat dan tingkat kekritisan masyarakat masih kurang? Dengan pemahaman politik yang baik, pendidikan yang baik maka kampanye-kampanye yang negative akan digantikan dengan kampanye-kampanye yang kreatif yang keren :)

Saya percaya kedua kandidat calon presiden saat ini adalah orang-orang yang peduli dan mencintai dengan negara, dengan tujuan dan cara mereka masing-masing. Yang perlu diingat adalah demokrasi itu bukan lima tahun sekali, tetapi setiap hari. Jadi jangan hanya ramai-ramai membicarakan politik dan demokrasi hanya saat hip dekat-dekat pemilu. Oleh karena itu mari kita pilih calon pemimpin kita dengan pikiran terbuka, kritis dan kita awasi sama-sama prosesnya sejak awal pemilihan sampai lima tahun kedepan bagaimana pemimpin kita menjalankan pemerintahannya. Apabila sedang memiliki proyek yang baik, kita dukung dan taati. Namun, apabila programnya dianggap kurang baik mari kita kritik dan kalau bisa, kita tawarkan solusinya dengan tujuan kebaikan untuk semua masyarakat, bukan dengan  tujuan untuk menjatuhkan tokohnya. Mari kita sama-sama turun tangan, berkontribusi apa yang kita bisa untuk terus memperbaiki kekurangan dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh negara kita dan dengan terus mendorong orang yang kapabel dan layak untuk masuk ke pemerintahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun