Mohon tunggu...
Diah Sarithi
Diah Sarithi Mohon Tunggu... Lainnya - Man Jadda Wa Jada

Celoteh.literasi30

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mangkujiwo

9 Maret 2024   21:53 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:56 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.detik.com/

            "Mau kemana kita hari ini?" Tanyaku

            "Nggak tau nih, enaknya kemana ya?" Sahut Rifky.

            "Gimana kalo kita nonton aja?" Sahut Rifky lagi memberi solusi.

            "Hmm.. boleh." Jawabku singkat.

            Sebenarnya, hati ini ingin bersuara mengajak Rifky untuk Deep talk di tepi pantai sambil menikmati pesona senja yang menawan ditemani suguhan kuliner pantai yang nikmat dan air kelapa yang menyegarkan. Hanya saja, bibir ini memilih bungkam dan mengikuti keinginannya untuk menghargai usahanya. Semenjak mendapat Notice dari Rifky, ada perasaan aneh yang mengusik hati dan pikiranku. Terlepas dari keadaan kesehatan dan keuanganku yang sedang jatuh oleh gejala-gejala TBC yang menyerang sistem pernapasanku dengan ganas, ternyata diri ini juga sudah terjebak dalam belenggu rasa. Ada satu nama di masa lalu yang merenggut rasa bahagia menjadi rasa bersalah sehingga tidak mendukung hati ini untuk berbicara.

            Saat berada di ruangan gelap menyaksikan indera ke enam si pemeran utama yang bernama Uma sedang bernostalgia pada misteri tragedi pembunuhan di dalam bioskop dengan suara dentuman yang keras dan mengejutkan yang menegangkan raga ini. Aku yang merasa takut dengan adegan tragis yang ditampilkan dari layar lebar itu segera menutup wajah dengan jaket yang ada di genggamanku. Begitu pilu belenggu rasa yang sedang ku hadapi sejak sosok masa lalu itu menghantui pikiranku, diri ini juga harus melawan rasa takut untuk mengakui dan menerima kenyataan setelah berakhirnya cerita dalam film ini. Seketika langit menjelma samudera kegelapan yang amat menakutkan, terpaan angin bertiup dengan kencangnya menandakan akan datang badai untuk menutup cerita antara Aku dan Rifky di sore menjelang malam itu. Akhirnya sosok laki-laki bermarga Harahap yang mempesona dengan kehangatannya bagai mentari pagi itu sudah lama menghilang dari bumi Rafflesia. Rupanya, aku sudah menyia-nyiakan kebaikan dan ketulusan hati seorang laki-laki dan kini hanya ada kenangan yang tersisa tentang Dia dan film Mangkujiwo dalam memori.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun