Mohon tunggu...
Diah Nur Robbaniah
Diah Nur Robbaniah Mohon Tunggu... Guru - menanam.makna

Seorang ibu, guru, pencinta flora, dan hobi fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Pak Mahfud, Mas Hanung, Bang Tere, dan Fiersa Besari

17 Juli 2021   11:57 Diperbarui: 17 Juli 2021   12:40 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Twitter MMD (sreenshoot IG)

Menurut literatur yang pernah saya baca, ada 4 hormon kebahagiaan yang telah Tuhan berikan kepada manusia. Ada hormon dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin. 

Dopamin atau hormon perasaan baik, bisa dihasilkan dengan makan enak, tidur cukup, dan berolahraga. 

Hormon cinta atau oksitosin, dengan memeluk, berkasih sayang dengan pasangan, berkasih sayang dengan hewan peliharaan, atau pun berbagi cerita.

 Hormon ketiga adalah serotonin yang berperan mengelola suasana hati dan bisa didapat dari aktivitas ibadah, jalan-jalan, dan merasakan keindahan alam. 

Hormon terakhir adalah endorfin, sebagai hormon pereda nyeri alami tubuh. Misalnya, mendengarkan musik, tertawa, nonton film atau drama. 

Yup, mungkin hormon terakhir inilah yang membuat bahagia Bapak Mahfud MD dengan cara menonton sinetron "Ikatan Cinta". Karena bahagia dan lupa dengan segala permasalahan hidupnya _baca: negara_ akhirnya tertulis lah sebuah kalimat yang biasa-biasa saja. Tidak ada salahnya. Mungkin hanya waktunya yang sedikit kurang tepat hingga membuat  tokoh perfilman, pernovelan, dan permusikan tergelitik untuk mengomentari. 

Apa komentar Mas Hanung? Tertulis dalam story IG-nya.  Menggunakan meme dan kata-kata yang menggelitik, " Bubar wae lah son, wes kukut wae negarane" yang artinya, sudah bubar saja, tutup saja negaranya. 

Mungkin sang sutradara kecewa, mengapa pejabat negara masih sempat menikmati menonton sinetron di tengah PPKM, yang berarti kurangnya rasa empati terhadap penderitaan rakyat kecil. Mungkin seperti itu atau mungkin juga ada penafsiran lain. Entahlah. 

Lalu, bagaimana dengan Bang Tere Liye, seorang penulis yang juga sangat peduli dengan rakyat dengan gaya penulisannya yang satir. Ditulis dalam akun FB-nya untuk para nakes, berikut cuplikannya, 

" ... Lagian Bapak/Ibu, berjuang sampai detik penghabisan, kalau nanti sakit, siapa yang bakal meneruskan perjuangannya? Pun lagian, bapak/ibu heroik sekali, di atas sana, elit pemimpin negeri ini boleh jadi malah asyik nonton sinetron, dan dia bangga sekali mengumumkan kegiatan santainya tsb di medsos". Satir bukan?

Ketiga, adalah twit balasan dari Fiersa Besari, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun