Mohon tunggu...
Diah Nur Robbaniah
Diah Nur Robbaniah Mohon Tunggu... Guru - menanam.makna

Seorang ibu, guru, pencinta flora, dan hobi fotografi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keladi dengan Kearifan Lokal

2 Juli 2021   12:38 Diperbarui: 2 Juli 2021   12:52 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunga Keladi Wayang (dokpri)

EPOS Ramayana dan Mahabharata yang dikenal anak-anak adalah cerita kepahlawanan yang dikemas dalam drama dengan segala laku dan paras para tokoh.

Menarik karena belajar sejarah dan budaya secara menyenangkan. Terhibur oleh alur cerita dengan segala konflik dan klimaksnya. 

Ada juga yang mengenalkan toko pewayangan, Hanoman dengan lagu rancak  bertajuk "Hanoman Obong" yang melegenda kisahnya.

Dulu, nenek moyang menggambarkan Pandawa Kurawa, Ramayana Dewi Sinta, Rahwana, dan Hanoman dengan dengan gambaran kulit yang penuh simbol. Simbol warna, simbol nama, simbol tabiat, bahkan simbol dalam bentuk badaniah.  Siapapun dia, yang mendalami perwayangan sejatinya telah mendalami kehidupan.

Sobat literad, sekarang dunia wayang telah dikenal secara umum. Tidak hanya dalam bentuk karakter manusia, tetapi wayang yang dikenalkan dalam bentuk flora. 

Iya, mencoba mengenalkan "wayang" dalam bentuk istimewa, ciptaan Sang Kuasa. Namanya keladi wayang, bukan sosok tampan sang Arjuna atau sosok bijak sang Krisna, tetapi berupa gunungan yang memesona.


Dalam lakon yang dimainkan dalang, simbol "gunungan" dijadikan sebuah awal, pergantian, dan akhir sebuah lakon. Selain itu, juga dijadikan simbol latar tempat atau suasana, seperti angin, gunung, pohon, bahkan api.

Nah, sobat literad, terutama kalian kaum milenial, keladi wayang tepatnya berbentuk "gunungan" dengan segitiga lancip atau mengerucut berwarna merah muda nan memesona. Memiliki daun seperti kertas yang dilukis dengan garis-garis hijau membentuk sebuah dinamika hidup dengan segala seluknya.

Keladi wayang memang unik, yang mampu mengingatkan kita  menjadi bijaksana. Bahwasanya, semakin tinggi jabatan, semakin tinggi ilmu, dan semakin bertambahnya usia, kita harus semakin mengerucut untuk menuju yang atas, Sang Kuasa. Perbanyaklah ibadah!

Dengan kata lain, hidup bukan hanya tentang harta, tahta, untuk kebahagiaan di alam fana tetapi harta, tahta, untuk bekal di alam  baqa.

So, paham kan mengapa dinamai keladi wayang?

Mahahebat Allah dengan segala ciptaanNya ❤️

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun