Di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kota, tinggallah seorang pria yang bernama Jakfar. Dia hidup sebatang kara. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Jakfar hanya mengandalkan hasil dari bercocok tanam.Â
Di kebunnya yang tidak begitu luas, Jakfar  menanam beraneka buah dan sayuran. Kadang kala, untuk memenuhi kebutuhan lauknya, ia memancing di sungai dekat rumahnya.
Suatu hari, ketika Jakfar memancing, lama sekali ia tidak mendapatkan ikan hingga rasa haus dan kantuk menyerang. Akhirnya Jakfar beristirahat di bawah pohon nan rindang sambil menikmati semilir angin. Hembusan angin serasa menyuruh mata Jakfar terpejam.Â
Tiba-tiba, dia mendengar suara burung pipit yang mencicit. Rupanya, burung pipit itu terjebak perangkap pemburu liar. Burung itu sepertinya berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari perangkap itu.
 Jakfar pun akhirnya merasa iba. Ditolong lah burung pipit itu. Betapa kagetnya Jakfar, ketika burung pipit itu ternyata bisa bicara.
 "Terima kasih tuan, engkau telah menolongku.Terimalah biji ini, sebagai balasan atas kebaikanmu. Tanamlah biji itu, dan tuan akan mendapatkan manfaat darinya!" ucap burung pipit itu sambil terbang meninggalkan Jakfar.Â
Tidak lama setelah peristiwa itu, Jakfar langsung menanam biji pemberian burung pipit. Karena hari menjelang malam, Jakfar pun beristirahat.
Keesokan harinya, seperti biasa, Jakfar pun bersiap melihat kebun buah dan sayurnya.Â
Alangkah kagetnya Jakfar, biji yang dia tanam kemarin sore itu telah menjadi pohon yang besar. Lebih kaget lagi, ketika Jakfar melihat pohon itu berbuah. Buah merah yang sangat besar, tiba-tiba jatuh di depannya.Â
"Wow, buah apa ini? Aku belum pernah melihatnya" Gumam Jakfar.
 Akhirnya, Jakfar memutuskan untuk membelah buah merah yang besar itu. Tanpa disangka, buah merah di depan matanya itu terbelah dengan sendirinya. Semakin Jakfar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ada seekor naga yang keluar dari buah merah itu.