Tapi, di sinilah uniknya. Bahwa Keraton yang telah coreng moreng, telah berada dalam situasi "ora cetha alang ujure", tidak jelas posisi politis, ekonomis, maupun sosialnya, masih dianggap berkah. Masih menjadi acuan moral, etika maupun estetika.Â
(Arswendo Atmowiloto, Kitab Solo)
Matahari merayap tetap menuju ke arah barat. Kala itu halaman Kori Kamandungan belum banyak dikerumuni pengunjung.Â
Waktu merangkak ke arah jam 16.00 WIB. Sisa udara siang masih bertahan. Panas. Demikian pula peluh. Perlahan mulai jatuh meluruh.Â
Meskipun rasa-rasanya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kini tak nampak semoncer Pura Mangkunegaran, namun daya eksotisnya masih saja menghisap perhatian pengunjung hingga detik ini.Â
Bagi para wisatawan dari dalam maupun luar kota Solo, ber-selfie ria di depan Kori Kamandungan bukanlah sebuah pemandangan aeng nan aneh.
So, do you wanna know more about the other side of The Old Palace?
Mari ikuti langkah kaki saya menyusuri jalan-jalan sunyi di dalam kampung Baluwarti. Mari kita mulai perjalanan memasuki area peradaban monarki tua. Mari meniti kembali budaya Jawa-Londo (Jalond) di jantung kota Bengawan.
Gerbang Masuk Keraton Kasunanan Surakarta