Kabar yang lewat di salah satu laman kompas.id mengetuk pintu literasi saya. Berita lawas namun sepertinya menjadi PR panjang bagi kita yang mau peduli terhadap tumbuh kembang anak.
Kembali, kasus kesehatan mental mendapat highlight dalam dunia pengasuhan anak.
Maka, bolehlah kiranya saya mengajak para pembaca bijak. Mari menggelar tikar; bersama belajar. Bukan asal saling tuduh namun saling asah dan asuh dalam tali asih.
Meningkatnya angka kasus perilaku yang dianggap menyimpang serupa perudungan maupun kenakalan remaja lainnya semakin santer bermunculan.Â
Semakin prihatin? Well, tentu saja. Tetapi lebih dari sekadar prihatin. Ditambah lagi, statistik dari WHO menyoal perkara kesehatan mental remaja di dunia ini memang dalam kondisi yang memprihatinkan. Yang kemudian muncul adalah pertanyaan sampai di manakah peran lingkungan dalam nurturing?Â
Mengungkit kembali persoalan klasik ini, sebenarnya saya telah menuliskannya dalam rangkaian kecerdasan emosi dan peran pentingnya dalam sebuah kelompok sosial.Â
Namun, saya sadar karena sudah lama tidak menulis di Kompasiana, maka lampaulah tulisan-tulisan saya. Mana ada yang ingat, Lyntang...xixixi. Kek loe terkenal aja...
Okay, silakan pilih artikel-artikel saya tentang kecerdasan emosi di bawah ini.
Baca juga: Twitter ala Elon Musk, antara Emosi dan Rasionalitas
Baca juga: Tentang Recalling Memory dan Pentingnya Mengelola Kecerdasan EmosiÂ