Mitos, legenda, dan segala manifestasi budaya mengakar kuat pada novel ini. Kisah Craen Mark dan Segara yang bertarung demi sebuah ingatan yang membekas, serta varian gelitik humoris Flora Aurora sang Perawan Vestal pun hadir menghiasi novel ini.Â
Sungguh! Sebuah novel sebagai penggenapan garapan keroyokan berasaskan prasyarat kolaborasi. Sebuah kondisi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam bersosialisasi. Terlebih pada masa majunya teknologi informasi kekinian.
Layaknya budaya dalam hunian paradoksalnya bersama sejarah dan produk budaya merupa konstruksi bangunan lawas, novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal" membawa narasi epik tersendiri.
Kisah demi kisah terjalin unik. Meskipun nama-nama penulis novel dengan jam terbang tinggi berderet menghiasi novel ini, namun sisi humanis gak mampu ditepikan lagi.
Ada empati yang mengalir tulus di antara penulis, hingga lahirlah keinginan saling berkolaborasi meleburkan ego. Sehingga lahirlah novel cantik ini.
Terima kasih Mba Widz Stoops sudah berlelah menemani saya yang sempat stres saat itu. Juga mas Han yang sempat menjadi punggung berbagi stres bersama setiap hampir tiba giliran.Â
 Tak luput pula terima kasih untuk kompasianer sahabat saya, Mba Ari Budianti yang pertama kali membisiki rencana besar di kawah candradimuka ini.
Finally, this impossible mission has completed.Â
=====
*rest_in_love Bang Indra Rahardian...sahabat tercinta. We dedicate this novel for you, mamen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H