Menapaki setiap jejak sejarah. Menelusuri derap waktu yang membayangi para saksi bisu. Merunut sang kala yang tiada lupa mengetuk sadar kita. Bahwa perjuangan pantas untuk diteruskan.
Berbicara tentang bangunan bersejarah. Saya yakin kita kerap menjumpai berjuta tempat-tempat indah di setiap sudut di Indonesia. Tempat yang siap bercerita kepada kita dalam kebisuan mereka.
Solo, atau bila kita ingin lebih formal maka bolehlah disebut Surakarta. Kota yang menyimpan berjuta kenang pada masa kolonial.Â
Mulai dari simpang empat Gladag. Ada dua lapis gapura yang menjadi ikon kota Surakarta.
Di sebelah utara gapura, dengan mudah kita menjumpai kontur-kontur bangunan yang banyak didominasi oleh gaya Eropa. Beberapa diantaranya ada yang masih dalam kondisi terawat dengan bagus, namun ada pula yang entah karena alasan apa seakan tak terurus.
Nah, daripada terlalu lama mari saya akan mengajak kita semua memungut bulir sejarah dari narasi yang lahir dari rahim sang kala.
Jalan Jendral Sudirman Surakarta. Bila kita keluar dari Kraton Surakarta, lalu kita berjalan ke arah simpang empat Gladag kita akan menemukan deretan bangunan kuno. Area Jalan Jendral Sudirman merupakan arteri bagi jantung kota Surakarta.
#1 Titik Nol Surakarta