Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bersama Hadapi Bipolar, Kenali Gangguan Bipolar dan Biarkan Mereka Bersinar

1 April 2022   05:30 Diperbarui: 3 April 2022   21:05 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mental illness is nothing to be ashamed of, but stigma and bias shame us all" (Bill Clinton) 

Bipolar. Sebuah kosakata yang mungkin tidak asing bagi generasi kekinian. Ya, kosakata yang termasuk dalam istilah psikologi anak Jaksel tersebut seringkali menjadi "kebanggaan" bagi yang terlabeli. Oh, please don't ask me why. 

Bipolar acapkali digunakan hanya untuk melabeli seseorang yang sering mengalami mood swing. Bipolar sering digunakan pula untuk menyatakan bahwa seseorang yang kurang mampu meregulasi emosi. 

Lalu apakah itu bipolar? Apa yang harus dilakukan jika kita ter diagnosa sebagai penyintas bipolar? Atau bagaimana sikap kita sebagai salah satu caregiver penyintas bipolar?  

Yuk, let's cekidot, Saudara. 

Apa yang disebut sebagai Gangguan Bipolar 

ilustrasi: bipolar | via jogja.tribunnews.com
ilustrasi: bipolar | via jogja.tribunnews.com

Gangguan bipolar merupakan sebuah gangguan kejiwaan dimana seseorang mengalami perubahan mood yang berdurasi panjang. Perubahan mood tersebut berfluktuasi.

Mood swing atau perubahan mood ini terjadi bukan dalam durasi harian. Biasanya perubahan mood akan terjadi dalam durasi yang lebih panjang yaitu dlm hitungan bulan. 

Ada dua episode perubahan mood yang biasanya terjadi pada diri penyintas gangguan bipolar. Ada depresi dan manik. 

Berdasarkan definisi dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) Gangguan Bipolar atau Bipolar Disorder merupakan gangguan yang ditandai oleh episode berulang, sekurangya ada 2 episode. 

Secara umum, ada  dua tipe gangguan bipolar, yaitu bipolar I (minimal 1 episode manik dan 1 episode depresi) dan bipolar II (minimal 1 episode hipomanik dan 1 episode depresi). 

Apa itu manik? Adalah sebuah kondisi di mana seseorang begitu bersemangat. Bukan perasaan senang. Kondisi manik adalah kondisi ketika pikiran seseorang bekerja secara cepat. Sehingga dari tampakan luar seorang penyintas bipolar layaknya seseorang yang penuh ide. 

Selain itu dalam kondisi manik, bagi teman-teman penyintas bipolar  melakukan tindakan impulsif yang terkadang membahayakan dirinya sendiri. 

Lalu apa yang terjadi bila mengalami hipomanik? 

Hypomanic episode merupakan sebuah periode ketika seseorang merasakan semangat yang begitu tinggi, pikiran bekerja cepat, bahkan berbicara dengan cepat sehingga terkadang membingungkan komunikan. 

Timbul suatu tindakan dengan dorongan impulsif. Misalnya seperti berbelanja secara berlebihan, ada pula yang membagi-bagikan uang meskipun ia sendiri dalam keadaan finansial yang kurang. 

Perbedaan antara manik dan hipomanik sangatlah tipis. Bagi para penyintas bipolar pun sangat kesulitan untuk membedakan apakah yang ia sedang mengalami manik atau hipomanik. 

Di sinilah sangat diperlukan rutinitas kunjungan kepada ahli kejiwaan yang berlisensi. 

Begitu pula bagi mereka yang sedang berada pada episode depresi. Bukan hanya perasaan sedih. Depresi yang dimaksudkan adalah seseorang benar-benar tidak dapat merasa senang. Muncul perasaan tidak berharga. Yang paling berbahaya adalah munculnya suicidal thought, pikiran bunuh diri. 

Hati-hati ya, gejala yang dialami oleh penderita gangguan bipolar hampir mirip dengan apa yang dialami oleh penderita gangguan tiroid. 

Sering pula, gangguan bipolar disalahartikan dengan gangguan kejiwaan yang lain, seperti kepribadian ambang (borderline personality disorder). Atau terkadang masyarakat awam juga sering salah menilai gangguan bipolar sebagai Generelized Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Umum). 

Dengan demikian, sangatlah penting bagi kita sebagai masyarakat awam untuk datang dan berkonsultasi kepada ahli kesehatan yang bersangkutan. 

Apa yang harus dilakukan sebagai penderita Gangguan Bipolar? 

ilustrasi mood swing penderita bipolar | via nimh.nih.gov
ilustrasi mood swing penderita bipolar | via nimh.nih.gov

Sebagai penderita gangguan tiroid saya pun pernah mengalami pelabelan sebagai penderita bipolar. Dan rasanya dunia ini segera ingin saya akhiri. 

Bagaimana tidak? Saya sangat tersiksa dengan perubahan emosi dalam diri saya yang seperti rollercoaster. Ini sebelum saya terdiagnosa sebagai penyintas hipotiroid. Salah satu ketidaknyamanan yang saya rasakan adalah rentan putusnya relasi yang saya bangun dengan circle saya. 

Begitu pula apa yang terjadi pada teman-teman penyintas gangguan bipolar. 

Perubahan mood pada teman-teman penyintas gangguan bipolar seringkali memicu retaknya relasi yang telah atau tengah dibangun. 

Selain karena perubahan mood, mudah hilangnya fokus membuat seorang dengan gangguan bipolar menjadi pelupa. Ini benar-benar mengganggu aktivitas keseharian. 

Ada perasaan tidak berharga yang kadang muncul; seringkali mengganggu. Kemudian timbul pula rasa bersalah dan malu bahwa diri sendiri menjadi seseorang dengan gangguan kejiwaan (mengingat salah satu penyebab gangguan bipolar adalah faktor genetis). 

Namun, bagi teman-teman penyintas gangguan bipolar, Anda tidak sendiri. Ada yang bisa menolong. Paling tidak, ada kesempatan bagi kita untuk dapat keluar dari ketidaknyamanan ini. Banyak bantuan di luar sana, kawan. 

This is not the end of the world. 

Sebagai penderita hipotiroid ada masanya saya harus rutin meminum obat sebagai stabilisator hormon tiroid dan thyroid stimulating hormone. Capek? Bosan? Ya. Tentu saja saya pun merasakannya. 

Begitu pula bagi teman-teman penyintas bipolar. Ada obat yang dapat membantu untuk membuat kinerja fisiologis, entah itu hormon maupun neurotransmitter kita, dapat berfungsi lebih baik. 

Ada kalanya teman-teman penyintas bipolar diperbolehkan libur meminum obat tersebut, selama kebijakan ini atas seizin dokter bersangkutan. 

Lalu bagaimana sikap kita sebagai caregiver individu dengan gangguan bipolar? 

Ilustrasi: memberikan  bantuan kepada penderitaan gangguan bipolar | via healthyplace.com
Ilustrasi: memberikan  bantuan kepada penderitaan gangguan bipolar | via healthyplace.com

World Health Organization (WHO) mencatat ada 45 juta jiwa penyintas gangguan bipolar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut 5,7 juta jiwa diantaranya atau sekitar 25,50% pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Sungguh, bipolar merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas para penyintasnya. Bipolar bukan berbincang tentang labeling yang siap kita tempelkan pada seseorang dengan gejala yang hampir sama. 

Sebagai orang-orang yang ada di sekitar penyintas bipolar ada baiknya kita membantu mereka. Misalnya, kita membantu mengingatkan di saat mereka mengalami kondisi relapse, baik ketika terjadi episode manik ataupun depresi. 

Kita juga bisa mengingatkan dan terus memberi dukungan supaya mereka tetap minum obat dokter dan rutin berkunjung ke ahli kesehatan terkait. 

Selain mengingatkan tentang kondisi mereka, sebagai caregiver kita pun harus waspada dengan kondisi kesehatan kita sendiri. Alangkah baiknya bila kita lelah maka kita rehat. 

Mengingat betapa keras upaya seorang penyintas gangguan bipolar untuk bertahan bahkan menjalani kesehariannya, maka sudah sepantasnya label bipolar tidak disematkan secara sembarangan. 

Sering pula saya menyebutkan jangan sesekali kita melakukan diagnosa sendiri. Baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Akan sangat berbahaya, saudara. 

Salam sehat, salam sadar

Penulis

*Sumber : 1, 2, 3

#WorldBipolarDay

#BipolarTogether

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun