Tertahanlah kiranya langkah waktu
Sejenak saja
Biar aku membaca dan mengeja
sebuah Hati yang memuja cinta
Sebuah rasa bertopang dahana
peracik aroma surga
Sepintas Hati surga bicara
Laksana warta nirwana kau hadir menjelma
Dan aku terlanjur luluh terpana
Aku menaja laksana bejana kelompang
Sedang kau, butir surga meniti
: tangga suargaloka
kau, tatahan Khalik semesta
peracik ramuan kata berasa cinta
Kau biarkan aku menapaki bulir kata sederhana
Kau sengaja mengeja rasa;
menguatkan kakiku memilin awan di angkasa biru
Sesaat yang lalu sangkala menyiru laku
selagi anak manusia mendongak
di bawah pohon bijak
sementara derak lini wartamu menjejak
di antara kata-kata biasa tanpa bias
Kaulah surat yang terbaca!
Biarkan saja dunia
mereka-reka aksara
menyalur tutur
di atas kapas awan,
Tentang
: sebuah Hati surga
merupa anak manusia
*Solo....hepi bidhe mbak Ari Budiyanti, may God bless you in every step you make. Laf you, Sobat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H