Hai, Parents....gimana kabarnya hari ini?Â
Masih berkutat dengan "keunikan" anak-anak kita? Atau malah sedang merindukan keunikan tersebut gegara terpisah jarak dengan mereka?Â
Sungguh! Pasti kangen juga menyelip di hati kita, bukan? Coba kita ingat kembali, kapan terakhir kali kita bersentuhan skin to skin dengan mereka; berselisih pendapat dengan mereka; atau bercanda dengan mereka?Â
"Ga mau ke tempat Bibi, Bund.....ga asik. Membosankan!" mungkin kalimat itu yang terlontar dari anak remaja kita saat akan menghadiri pertemuan keluarga.
"Kakak kan cuman ikutan meet up ma temen, Ma. Masa ga boleh?" dan selanjutnya mulailah remaja kita.... berargumen :)
Banyak kemungkinan komunikasi seperti ini kemudian berujung pada perselisihan, perbedaan pendapat, lalu berakhir dengan adanya jurang pemisah antara si anak dan ortu.Â
Semua pasti setuju bila lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor pembentuk karakter dasar sebelum seorang anak bertumbuh menjadi remaja, kemudian berbaur dengan lingkungan sosial yang jauh lebih luas dari dimensi keluarga.
Bila demikian mengapa yang sering kita jumpai kondisi remaja di luar sana adalah lain? Tingkat kenakalan remaja agaknya bukan bergerak semakin melandai, malahan semakin bertumbuh ke atas?
Atau sering juga kita jumpai di sekitar kita, seorang remaja seakan mempunyai dunianya sendiri, acapkali terkesan memberontak, bahkan dalam beberapa kasus, anak-anak cenderung melakukan tindakan yang oleh masyarakat dianggap negatif.Â
Perilaku Back Talk Vs Secure Attachment Bagi Remaja
Tahukah Bunda, Ayah, bahwa bagi beberapa anak remaja akan cenderung merasa lebih nyaman menceritakan pengalaman hidup kepada figur pengasuh terdekat dibandingkan dengan bercerita pada orangtua sendiri.
Dalam salah satu kesempatan pertemuan dengan orangtua, kebanyakan dari mereka mengeluh tentang sikap anak-anak remajanya yang mulai tidak mau menurut. Suka-suka gue, katanya.Â