Gejala putus cinta? Duh, ni mimin bikin topil seyem amat. Lhoh iyha lho. Coba sila tanya Nadine Hamizah. Ada satu lirik lagunya yang nge-hits bingits bilang begini,
Katanya mimpimu kan terwujud, mereka lupa tentang mimpi buruk, tentang kata 'maaf sayang, aku harus pergi'Â
Saya kurang tahu bagaimana perasaan Sobat semua ketika mendengar kata putus cinta. Tapi, coba katakan pada saya, siapa di antara kita yang menghendaki sejak awal membangun relasi, pada saat itu juga bertujuan untuk memutuskan hubungan yang akan dibangun?Â
Saya yakin Anda bukan orang seperti itu. Saya percaya, kita berusaha mempertahankan apa yang telah (dengan kerja keras) kita bangun. Pun saya mengamini bahwa tidak ada diantara kita yang mengharapkan hubungan yang terjalin akan kandas di tengah jalan.
Lalu apa yang sebenarnya mengusik ingin tahu kita tentang gejala putus cinta? Karena kita tidak inginkan hubungan cinta kita terputus.Â
Mmm, atau mungkin juga hanya untuk menambah wacana saja, kalau suatu saat "ketemu" dengan kondisi yang sama. Duuuh, amit-amit, jangan sampai deh yha...
Putusnya sebuah relasi, terlebih hubungan cinta begitu dihindari. Rasa kehilangan, proses letting go, dan segala ketidaknyamanan yang timbul pasca putus hubungan itulah yang Kita hindari.
Berjumpa dengan Tenang dari Sesuatu yang Tidak Pasti
Ya, manusia lebih cenderung untuk menghindari ancaman. Menghindari ketidaknyamanan. Agar hidup tidak menguras energi berlebih, itu salah satu alasannya.
So, ujung-ujungnya tetap mencari rasa aman dan nyaman, rasa secure, rasa tenang.
Kay, mmm, bagaimana bila saya membentangkan satu fakta lain, masih tertarikkah Sobat?
Bagaimana dengan hukum kebalikan dari Mark Manson ini :
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!