Konsep pembentukan karakternya mengajak saya menyelami anak-anak bukan hanya sekedar manusia pekerja yang membutuhkan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan akademisnya saja.
Tetapi lebih dari itu, saya percaya, bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing yang bila digali sejak dini akan menampakkan kegemilangan yang mungkin tidak pernah kita kira sebelumnya.Â
Rabindranath Tagore yang lebih dikenal dengan julukan Guru Dev ini memberikan dasar pemikiran ajar di mana seorang anak ditempatkan pada sebuah kondisi yang memungkinkannya dapat mengembangkan kekerabatan dengan lingkungan, sehingga kreativitas anak terpantau secara maksimal.
Teori pembelajaran Tagore mungkin memang terasa begitu idealis. Namun, ide ini selain terealisasi di Shantiniketan, sebenarnya konsep yang hampir sama telah diwujudnyatakan oleh Engku Mohammad Sjafei dengan sekolah Kayutanam-nya di era kolonial Belanda.
Seiras dengan pemikiran Guru Dev. Seorang putra pertiwi, Ki Hajar Dewantara mengajak saya kembali mengagumi filosofi pendidikan yang beliau terapkan pada sekolah Taman Siswa-nya.Â
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Tiga unsur peran guru bagi seorang anak mungkin telah kita hafal di luar kepala beserta dengan seluruh maknanya.
Intisari dari ajaran Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan sebagai kendaraan bagi olah pikiran (batin), budi pekerti, dan jasmani.Â
Dengan sistem among-nya, Bapak Pendidikan Indonesia ini menyodorkan pola ajar yang sejajar dengan pemikiran Rabindranath Tagore bahwa pendidikan sudah seharusnya dilakukan tanpa paksaan, namun berdasar atas welas asih kita pada potensi anak.