Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Nyamanlah Jiwaku," Kata Horatio Spafford

13 Juni 2020   10:10 Diperbarui: 13 Juni 2020   10:13 1886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bibirnya menggumamkan kata sayang untuk Horatio yang memeluknya erat. Kecup hangat Horatio pun termeterai di kening Anna. 

Berpenumpang tiga ratusan orang SS Ville du Havre bergerak meninggalkan pelabuhan New York. Cerobong hitam mengumandangkan kegagahannya siap menghadapi samudera Atlantik raya, siap berlayar ke Perancis.

***

Tak terasa 9 hari telah lewat. Sebuah telegram dari Cardiff menghampiri meja kerja Horatio pagi itu. Telegram dari istri yang dinantinya membawa kabar. Pesan singkat dalam telegram itu membuat Horatio tercekat. Ia berlari, mempercepat langkahnya, serasa ingin segera terbang ke pelabuhan New York.

Telegram yang kini ada dalam genggaman tangannya menuliskan pesan singkat Anna, "Saved alone. What shall I do?" 

Pesan singkat merangkaikan peristiwa perih. Tentang badai yang menghantam Ville du Havre yang ditumpangi Anna dan keempat putri cantiknya menabrak kapal nelayan berbendera Inggris, Loch Earn membalikkan Ville du Havre hanya dalam hitungan menit. 

Lambaian tangan-tangan kecil keempat anak kesanyangannya membekas erat di mata Horatio. Tak pernah ia mengira bahwa Atlantik pada pagi janari 22 November 1873 akan menyeret nyawa keempat anaknya ke palung terdalam, hanya menyisakan istrinya bersama 86 penumpang beserta awak kapal yang kini selamat di daratan Cardiff, Wales.

 Kala pikiran membawanya jauh ke masa silam, membongkar semua kenangan dalam memorinya. Apa yang ada dalam batinnya saat ini? Begitu banyak kejadian mengguncang hidupnya. 

Di atas kapal yang membawanya menggapai Anna di Wales mengurai sesaat kepedihannya. Air mata hangat yang disembunyikan dari istrinya selama ini, kini mengalir pelan, membasahi pipi lelaki bertulang pipi tegas. 

Kembali dikeluarkan telegram dari Anna yang ia terima hari ini dengan pesan singkat di atasnya. "Saved alone". Pesan singkat yang begitu mencabik hatinya. Pesan singkat yang membuat sesak dada yang lapang, menghalau segala kasus pelik di hidupnya. Pesan singkat yang mengguncang pundak sang Pengacara kondang.

Ya, apa pun ini. Yang penting ia harus menemukan Anna yang saat ini terguncang hebat. Sendirian menghadapi kehilangan semua anak-anaknya. Hanya itu yang terbersit dalam pikirannya. Tak mampu ia memikirkan hal lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun