Siapa sebenarnya Roh Kudus? Seberapa jauh peranNya bagi manusia? Bukankah pertanyaan ini yang seringkali muncul dan menjadi perdebatan?
Pada suatu kesempatan Yesus pernah mengajar murid-muridNya, Yesus berkata," Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya," (Yohanes 14:16).
Dalam King James Version (KJV) disebutkan, And I will pray the Father, and he shall give you another Comforter, that he may abide with you for ever.Â
Yesus menyebut seorang Penolong yang lain. Artinya bahwa setelah Yesus pergi terangkat ke surga, maka Allah menyediakan satu pribadi yang merupakan Roh Allah dalam konsep Tritunggal Allah.
Roh Allah inilah yang menuntun seseorang untuk menemukan langkah hidup dalam segala kebenaran Tuhan. Kebenaran yang diajarkan kepada setiap orang sesuai dengan tingkat pemahamannya masing-masing.Â
Mengapa demikian? Seperti seorang murid yang sedang belajar, maka kemampuan serta cara pandang setiap murid terhadap pemahaman sebuah pelajaran berbeda antara satu dengan yang lain.
Bagaimana caraNya bekerja? Apakah audibel seperti pada jaman Musa, ataupun para nabi di Perjanjian Lama?Â
Roh Kudus bekerja bukan hanya menuntun pada pemahaman spiritual dari setiap firman yang ada dalam kitab suci. Namun lebih dari itu. OtoritasNya dalam hidup ini mampu mengubah logos, yaitu setiap firman yang tertulis dalam kitab suci menjadi rhema, yang kemudian disebut sebagai sebuah "wahyu" atau "pencerahan".
Rhema inilah yang memampukan Petrus dengan latar belakang seorang nelayan, yang pada waktu itu  memiliki strata sosial yang  dianggap rendah oleh masyarakat, kemudian  menjadi seorang pengkhotbah di hadapan tiga ribu orang (Kisah Para Rasul 2:14-47). Bukan hanya itu saja, bahkan ia dimampukan untuk melakukan mujizat dalam nama Yesus.
Rhema ini pula yang membawa Paulus sebagai seorang mantan Dewan Sanhedrin, Â berbicara tentang kebenaran ajaran Yesus di hadapan Mahkamah Agama serta memberikan pembelaan sekaligus apologetikanya atas dakwaan Tertulus dan Imam Besar Ananias di hadapan gubernur Felix sebagai wali negri Romawi, birokrat tertinggi yang menguasai Israel (Kisah Para Rasul 24:1-27).
Rhema ini pula yang telah membuat Weni Angelina, ibu dari Evan dan Nathan, dua orang anak korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela bulan Mei 2018 yang lalu, mampu mengampuni para pelaku bom bunuh diri tersebut.