"Aku bertemu dengannya pagi tadi, Dim," kata Alex sambil menikmati langit-langit ruang tamuku.
Aku meliriknya sedikit. Kulihat Alex menyulut sebatang rokok dan mencoba menikmati kesempatan bercerita tentang masa lalunya bersama Reni yang ingin ia ulang kembali.
"Aku mencintainya, Dim. Sangat. Itu alasan aku kembali ke Indonesia. Untuknya,"Alex melipat kakinya.Â
"Lex, kau masih mengingatnya?"tanyaku berbasa-basi.
"Mana mungkin aku melupakannya, Dim? Dia lain. Aku bahkan tak pernah menyentuhnya. Kau masih ingat kan ceritaku saat aku ditamparnya?"
Lex, andai saja kau bukan sahabatku, kau pasti sudah hancur sejak dulu...
"Tidak semua gadis bisa kau tiduri, Lex," sahutku pelan.
"Gimana kamu? Ayolah, bisnismu semakin sukses. Dan kulihat apartemen ini masih sepi. Jangan bilang kau masih sendiri?"
Satu senyumku ternyata membuat Alex langsung mengerti.
"Hey, aku ingin segera pergi,"tiba-tiba Alex berusaha mengejutkanku.
"Kenapa cepat-cepat?"