DIMAS
Kuhempaskan tubuhku di atas sofa apartemenku. Hari yang cukup melelahkan. Kuambil sebotol bir dari dalam lemari es.Â
Kubuka pintu balkon apartemenku yang berada di lantai 5 gedung baru ini. Disitulah seringkali kuhabiskan hari lelahku sendirian.Â
"Tet..tet..tet..." suara bel pintu membatalkan langkahku menikmati senja. Kubuka pintu dan kudapati seorang pria gagah dengan hem biru yang tergulung tak rapi. Rambut cepak hitamnya tak lagi rapi.
"Alex,"sambutku bersemangat. "Bagaimana kau bisa tahu alamatku? Kapan kau kembali dari Ausy?"tambahku kegirangan.
"Aku mampir di cafe mu tadi. Mereka bilang kau sekarang jarang ke cafe?"tanyanya.
Aku mengambil sebotol bir lagi, "Bir?"ia meraihnya dan menenggaknya seakan ia baru datang dari padang gurun. "Gimana kabar Ausy?"
"Yang jelas di sana tak ada Reni," ujarnya pelan ditengah senyumnya yang hambar.
Aku pun tersenyum. Mungkin ia tak tahu. Selama ini aku bersama wanitanya yang ia tinggalkan begitu saja.
Kau tak tahu, sahabatku, aku bersamanya setiap waktu...
Ada sedikit rasa bersalah, tapi lebih banyak rasa egois dalam hatiku. Bahwa aku memiliki Reni saat ini. Paling tidak, akulah lelaki yang paling dekat dengannya.