"Hanya sedikit. Beberapa tangkapan, ikan dan sedikit nephropydae. Kalau kau mau, akan kukirimkan saltatrix ke rumahmu, Arye,"
"Saltatrix...hmmm, kau harus mengirimkannya yang banyak, teman," jawab Arye.
Boone menatap kembali ke arah laut lepas. Pandangannya kini kosong. Seteguk minuman beralkohol tak mampu membuatnya mabuk. Ia terdiam. Arye seolah tak mampu menembus jalan pemikiran sahabatnya kali ini.Â
Angin laut menghempaskan setiap kata-kata mereka berdua. Tangan sang kapten Boone berulang kali mengusap wajahnya seakan mengusap sesuatu yang hadir di depan matanya.
"Boone, katakan padaku, kawan. Hari ini kau kelihatan gelisah. Ada apa?"
"Pernahkah kau merisaukan sesuatu, Arye? Pernahkah kau ingin memiliki sesuatu yang tak mungkin kau miliki?"
Arye terdiam. Ia tahu sahabatnya belum mabuk pagi itu. Arak dalam botol hanya tertuang sedikit. Namun sahabatnya seperti tak berada di hadapannya.
"Tidak. Pasti kau bisa mendapatkan segala sesuatunya dengan mudah, kawan. Tapi,... Tunggu, aku belum pernah mendengar kau bercerita tentang gadis pujaanmu?"sahut Boone.
Arye tersenyum, mengerti arah perbincangan sang kapten.
"Boone, kau sedang kasmaran. Hahahaha... Katakan padaku, siapa yang telah menghantui malammu, kapten," goda Arye.
"Percayalah, Arye, kau seharusnya membuka sebuah tenda di pasar, dan kau tuliskan "peramal" di mejamu. Aku yakin banyak gadis yang akan datang padamu memohon untuk kau nikahi, teman,"Â