"Bandar narkoba. Iya,...Dev. Aku juga baru tahu kemarin. Widodo dulu anak yang masih lugu. Itu kenapa aku menyukainya.
"Aku sumpek di rumah. Pulang siaran, jam satu dini hari, aku mampir ke rumah Widodo. Tapi, dasar apes, aku sial, belum juga lima menit, ada grebegan polisi. Aku ikut kena ciduk," sesal Nala.
"Jadi, selama dua hari ini...,"
"Ya, aku di sel. Hihihi,...ternyata aku juga merasakan masuk bui. Dasar, apes tenan," Nala tertawa sendiri. Sundari melihatnya cemas.Â
"Ibu jangan sampai tahu ini. Bisa jadi perkara besar lagi nih," sahut Devi. "Gimana kamu bisa keluar? Lalu kok bisa ketemu Bapak? Kok bisa sama-sama Bapak ke rumah sakit?"
"Aku telepon Bapak. Siapa lagi yang harus kutelepon, aku bingung.Â
"Akhirnya Bapak datang dan membebaskan aku. Bapak cuma bilang, jangan sampai Ibu tahu semua ini,"
"Dasar kamu benar-benar bandel, Nala,"kata Devi
"Kamu sendiri, kenapa mau jalan lagi sama Pramono?"tanya Nala
Sundari merasa tak membutuhkan lagi percakapan kedua sahabat itu. Dialihkan pandangannya pada Pak Maman yang masih di halaman belakang sendirian.
Didekatinya Pak Maman. Darinya mungkin Sundari bisa tahu kondisi Bu Jannah. Pak Maman masih saja diam.