Ya, menakjubkan bahwa ternyata, pada masa lampau nenek moyang kita sangat menaruh perhatian bagi pertumbuhan akhlak manusia bahkan sejak dalam kandungan sang ibu.
2. Mijil. Setiap syair yang tercipta dalam tembang Mijil diperuntukkan bagi setiap anak yang sudah lahir sebagai bayi sampai dengan masa akhil balik atau masa remaja. Biasanya berisi nasehat dan doa orang tua agar suatu saat nanti si anak akan tumbuh menjadi pribadi yang luhur dan mampu berdampak bagi lingkungannya.
3. Sinom. Merupakan pitutur dalam tembang Jawa ditujukan bagi kaum muda remaja hingga usia dewasa (dalam hal ini usia muda yang masih singlehood).
4.Kinanti. Berasal dari kata kanthi (tuntun).Tembang dan syair dalam Kinanti dikemas secara khusus tercipta bagi mereka yang membutuhkan tuntunan baik secara formal maupun non formal.
5. Asmaradana. Nah, pada bagian inilah ada begitu banyak lirik tertuang sebagai ajaran, wejangan, dan nasehat bagi mereka yang sedang dalam tahapan nandang katresnan (kasmaran). Asmaradana seringkali digunakan sebagai salah satu tembang pendamping dalam tarian epos cerita rakyat saat tokoh sedang bercinta atau sedang jatuh cinta.
6. Gambuh. Biasanya tembang ini dilagukan untuk menasehati mereka yang sudah menikah, dalam mengelola rumah tangga yang saling bersinergi dan harmonis.
7. Dhandanggulo. Tembang ini berupa syair-syair ajaran yang sangat sarat falsafah hidup bagaimana seseorang telah mencapai tahap kemapanan secara materi, kesejahteraan telah tercapai dan menikmati masa hidupnya.
8. Durma. Salah satu keistimewaan tembang macapat adalah tercipta bagi setiap tahapan umur. Demikian pula Durma, memuat segala ujar ajaran dan nasehat bagaimana seorang lansia menempatkan dirinya sebagai teladan yang mampu mengolah dirinya dalam bersosial, dalam hal memberi kepada sesama dan bersyukur pada Yang Kuasa.
9. Pangkur. Mungkuri hawa lan nepsu (menghindari segala hawa nafsu). Ini salah satu unsur atau cabang tembang macapat yang saya sukai. Karena meskipun ditujukan bagi kaum lansia untuk mendekatkan diri secara spiritual, dalam tembang pangkur ini memuat segala hal yang dapat kita pelajari dan praktekkan dalam menjalani proses kehidupan.
10. Megatruh. Ini terdiri dari kata megate ruh (berpisahnya roh dari tubuh jasmani kita). Dalam tetembangan ini semua syairnya mengisahkan bagaimana proses roh seseorang yang akan kembali kepada Sang Pencipta.
11. Pocung. Tidak asingkah kata ini ditelinga kita? Ya, seringkali dikaitkan dengan kata "pocong". Boleh, lah... Namun satu hal yang menarik adalah tembang Pocung ini terurai dari sebuah renungan mendalam mengenai seseorang yang sudah meninggal. Bagaimana penggambaran pemahaman ajaran Jawa mengenai kondisi manusia yang sudah meninggal.