Kulipat sore ini untukmu, kuharap kau pun mengerti, kupikir kau pun tahu
Kutepis malam, mendorong gerobak, yang tak lain adalah sebuah lapak. Yang terpenting bagiku, di rumah kau dapat tidur nyenyak, agar besok kau bisa jenguk sekolah yang layak
Bersama malam aku berjuang, meski tak mampu lama aku bertanding dengan malam
Batukku ini sesakkan dada, Nak. Tapi, .... mungkin jiwaku akan lebih sesak jika kau tak mampu hampiri mimpi, yang tertempel di dinding rumah.
Aku tak peduli ragaku lapuk, yang penting, secuil harap tertuang untukmu bagi cita di dinding rumah itu
*for my beloved kids, you are the apple of my eyes
*true story dari seorang lelaki tua penjual wedangan/ hik di Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H