Maafkan aku, bila sekali lagi kuucap, aku sungguh kehilanganmu, maafkan untuk secuil rindu yang mendalam
Panutan syairku, kau bawa sayapku terbang ke ranah penantian abadimu
Derap tinta kebenaran dan goresan makna pada jiwa ksatriamu masih nyala, menghapus luka dalam jejak kasih yang kau tinggal dalam dada
Kuukir gilamu dalam dinding bait sastraku, diantara doa dan batin yang luka yang kini kau tinggalkan, Bapak
Kan kuingat kau saat aku tak gila puisi, kan kurambang dalam angan saat aku menjadi normal dan waras
Teruntuk engkau yang selalu membuatku gila menulis, aku melepas jasadmu, namun aku menyimpan hangat toreh tintamu dalam tiap helai aksaraku
Selamat jalan bapak sastraku, bahagialah dalam kemenangan di garis akhirmu, Arswendo Atmowiloto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H