Demikian pula penampilan kedua yang diisi oleh duo seniman dari Belgia. Menampilkan aksi dan tari modern bertema topeng, Anton Lamberd dan Wito Geerts mengaku sangat menikmati suasana dan setiap penampilan para penari dalam IMF 2019.
Ditemui setelah usai acara, duo seniman yang pernah mengadakan pertunjukan bareng dengan Eko Supriyadi (seniman Solo), Wito Geerts mengungkap rasa senangnya untuk ikut berpartisipasi dalam IMF 2019.
"IMF, I think good event to celebrate culture, like true culture from a country that is very rich in its culture. So, for me personally I like to be here because I like to know the culture (menurut saya IMF adalah sebuah ajang untuk merayakan budaya, seperti budaya asli dari negara yang sangat kaya akan budayanya. Saya secara pribadi sangat senang berada di sini, karena saya bisa mengenal budaya-budaya tersebut)," kata Wito Geerts.
Penampil ketiga datang dari Sanggar Handayani Dinas Pendidikan Kebumen. Penampilan Kebumen bertajuk "Cepetan" tak kalah menariknya dengan yang lain. Kelincahan beberapa orang penari yang mengusung keindahan bocah yang pethakilan (usil) mampu dipersembahkan secara rapih dari awal sampai akhir.
Ajakan untuk mendalami seni sebagai salah satu pelajaran filosofi hidup datang dari penampilan Sanggar Seni Wijaya Kusuma, Cirebon. Tarian yang membawa cerita epik tentang Prabu Jingga Anom, sang pembelot kerajaan melawan Tumenggung Magangdiraja yang setia pada kerajaan mengajarkan kepada kita manusia untuk selalu mengingat dan taat pada Tuhan Yang Maha Kuasa.