Saat jari jemari kita mulai menekan tiap tombol pada papan keyboard PC atau gawai, pernahkah kita berpikir bahwa setiap kata yang kita hadirkan dalam tulisan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang?
Kedewasaan tulisan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat kebesaran hati seorang penulis untuk mempertanggungjawabkan tulisannya.
Demikian halnya dengan kedewasaan seseorang. Salah satu parameter untuk mengukur kedewasaan kita adalah bagaimana kita bertanggung jawab pada diri kita sendiri.
Andai saja Adam dan Hawa pada saat di taman Eden mau bertanggungjawab pada kesalahan mereka, mungkin cerita kita akan menjadi lain.
Mari kita kembali pada diri kita sendiri. Bila terjadi sebuah kesalahan, lebih sering mana, apakah kita cenderung untuk menyalakan orang lain dan keadaan sekitar, atau mau mengakui kekurangan kita, dan mencoba bangkit?
Masih ingatkah kita, bagaimana bila anak-anak saling menyalahkan satu dengan yang lain jika ada kesalahan yang terjadi? Bagaiman perasaan kita saat itu?
Tanpa disadari kita pun melakukan hal yang sama. Saat terjadi hal yang tidak sesuai dengan harapan, terkadang kita lebih memilih untuk menyalahkan situasi atau orang lain.
Kejujuran awal dari kredibilitas
Seorang supir lebih memilih untuk berkata jujur kepada majikannya ketika mobil yang dikendarainya menabrak sebuah pohon, sehingga sebagian badan mobil mengalami kerusakan berat.
Pada saat itu, mungkin ia akan menerima kemarahan dari majikannya, yang membuatnya tidak nyaman akan tetapi di kemudian hari ia tidak akan kehilangan kepercayaan dari tuannya tersebut.