Idulfitri 1445 H baru saja berlalu. Bagaimana kabar meja tamu teman-teman? Masih adakah kue-kue lebaran yang menghiasinya? Apakah masih ada nastar, kastengel, putri salju, lidah kucing, wafer, wafer stick, dan lainnya? Kalau masih, hemm.. mungkin rumah teman-teman jarang ada tamu? Hehe.
Karena pada umumnya, beberapa hari setelah perayaan Idulfitri atau sering disebut lebaran, kue-kue khas lebaran sudah "raib" dari meja tamu. Deretan kue khas lebaran, ya, seperti yang saya sebutkan di atas. Dan tak disangkal, hingga sekarang, kue nastar masih menjadi primadona saat lebaran.
Namun, mengapa nastar bisa jadi primadona saat lebaran? Mengapa dia yang selalu tampil menonjol di meja-meja tamu saat lebaran dan paling banyak diminati para tamu? Mengapa dia yang selalu ditawarkan pertama kali oleh para penjual kue menjelang lebaran? Mengapa bukan kue kucur, kue lapis, keripik singkong, atau rengginang?
Nastar Punya Rasa yang Khas
Kue kering (tapi tidak begitu kering) berbentuk bulat kecil dengan isian selai nanas ini memang nikmat sekali disantap sebagai camilan. Rasanya yang manis legit berpadu dengan rasa gurih, dengan aroma butter yang kuat dan tekstur yang lembut, tercampur menjadi satu di dalam mulut ketika dikunyah. Tak cukup rasanya jika hanya mengunyah satu butir. Ingin tambah lagi dan lagi.
Kue nastar yang terbuat dari tepung terigu, mentega (butter), gula, dan telur ini memang istimewa. Penampilannya yang berbentuk bulat sempurna dengan kilauan lapisan kuning di salah satu sisinya begitu menggoda, ditambah dengan rasanya yang nikmat, menjadikannya primadona terutama saat lebaran. Ya, kue ini memang lebih sering tampil saat lebaran. Sehingga menjadikannya salah satu kue khas lebaran.
Nastar Punya Nilai Historis yang Kental
Selain dari rasanya yang nikmat dan khas, nastar menjadi primadona saat lebaran karena kue ini telah punya nilai historis yang kental. Memang, nastar bukanlah kue asli dari Indonesia, melainkan berasal dari Belanda. Namun, justru dari sejarahnya itulah kue tersebut menjadi langgeng menempati deretan atas kue favorit terutama saat lebaran.
Jika menilik sejarahnya, nastar memang berasal dari negeri kincir angin, Belanda. Melansir dari laman Indonesian Chef Association (7/5/2021), nama nastar merupakan gabungan dari bahasa Belanda yakni ananas yang berarti nanas dan taartjes atau tart yang berarti kue. Jadi bisa diartikan nastar adalah kue dengan isian selai nanas.
Racikan resep nastar sendiri terinspirasi dari olahan pie ala Belanda yang dibuat dalam loyang-loyang besar dengan isian berupa selai blueberry, apel, atau stroberi. Dahulu, ketika Belanda datang ke nusantara mereka ingin membuat kue pie tersebut. Namun mereka kesulitan mencari blueberry, stroberi dan apel yang tekstur kematangannya seperti buah yang ada di tanah Belanda.Â
Maka mereka mengganti buah-buahan tersebut dengan buah yang mudah ditemui di tanah air, yaitu nanas. Selain lebih mudah didapat, buah nanas juga dipilih karena citarasa nanas yang asam, manis dan segar sesuai dengan citarasa yang dibawa oleh buah stroberi dan apel.