Hari ini, ketika memandangi anak-anak saya yang tengah belajar berpuasa, memori saya jadi meluncur ke masa kecil seperti pada cerita singkat di atas. Saya jadi membandingkan masa kecil anak-anak saya saat ini dengan masa kecil saya beberapa dekade yang lalu.
Di hari-hari ini, di bulan Ramadan ini, saya sibuk memberikan pemahaman kepada anak-anak saya mengenai arti puasa. Anak-anak saya ajak menyanyikan lagu dari Tasya Kamila seperti di atas. Dan melalui lirik-lirik lagu tersebut, anak-anak usia pra sekolah itu mulai mengerti bahwa puasa itu artinya menahan lapar dan haus.Â
Lalu saya tambahkan, selama puasa juga harus belajar menahan diri dari melakukan hal-hal yang tidak baik seperti marah, bertengkar, atau menangis (karena rebutan mainan, misalnya). Hehe.
Saya sibuk memberikan pemahaman seperti itu karena, alhamdulillah, saat ini kami tak kekurangan soal makanan dan minuman seperti di masa kecil saya dulu. Hampir setiap hari ada jajanan di lemari pendingin, hampir setiap hari kami bisa menikmati makanan minuman yang kami mau. Maka saat berpuasa, anak-anak harus belajar menahan untuk tidak menikmatinya di siang hari.
Anak-anak harus saya pahamkan bahwa di luar sana, ada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, yang kerap menahan lapar dan haus seperti saat kita puasa. Maka kita harus sering berbagi rezeki, bersedekah.
Ya, masa sudah berganti. Masa kecil saya dan masa kecil anak-anak saya tidaklah sama. Mengartikan puasa adalah menahan lapar dan haus di masa dulu dan sekarang pun beda pemantiknya. Namun yang pasti, puasa adalah menahan hawa nafsu. Anak-anak harus saya didik mengenai hal itu sejak dini, karena insyaa Allah manfaatnya akan dirasakan nanti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H