Mohon tunggu...
Diah Kusumastuti
Diah Kusumastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Mom blogger

Mom blogger with 5 kids. Aktif menulis di www.dekamuslim.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa di Masa Kecil, Seadanya dan Secukupnya

2 April 2023   21:36 Diperbarui: 2 April 2023   22:01 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam rumah beranyam bambu itu, kami menikmati menu buka puasa Ramadan yang sederhana. Ada nasi, sayur, lauk, dan kadang tersedia kolak lezat buatan ibu.

Meski menu berbuka seadanya, kami sangat menikmatinya. Apalagi, masakan ibu memang jarang sekali gagal di lidah kami. Sayur bobor (sayur bayam berkuah santan) dan tempe goreng dipadu dengan nasi hangat, itu sudah sangat istimewa rasanya. 

Tempe yang berbungkus daun pisang itu cukup digarit-garit dan dibumbui dengan bawang putih dan garam, lalu langsung digoreng. Tanpa tepung. Masya Allah nikmatnya.

Sementara itu kolaknya kadang hanya berisi pisang dan singkong, namun rasanya selalu mantap.

Jarang sekali ada menu ayam goreng atau daging-daging lain di meja makan. Hemm.. seingat saya, yang cukup sering tersaji adalah wader goreng.

Ya, ikan hasil tangkapan para nelayan di sungai dekat rumah kami itu, harganya memang tergolong murah. Tetapi rasanya sangat lezat ketika digoreng garing. Dimakan bareng nasi lodeh? Wuah, masya Allah, nikmat sekali!

Oh ya, kami juga jarang berbuka dengan jumlah menu yang banyak. Ibu memasak secukupnya saja. Ya, karena memang menyesuaikan dengan isi dompetnya. Hehe.

Begitulah, menu-menu berbuka puasa Ramadan ketika saya masih kecil dulu. Kami yang saat itu keadaan ekonominya pas-pasan atau bisa dibilang miskin, seingat saya tak pernah sahur dan berbuka dengan menu berlimpah dan penuh gizi. Berbuka dengan kurma? Seingat saya hampir tak pernah, karena saat itu kurma merupakan buah yang sangat istimewa dan sulit dijangkau oleh kami.

Tetapi, kenangan saya tentang puasa di masa kecil itu baik-baik saja. Saya tak pernah merasa kekurangan, meski menu-menu yang tersaji sangat sederhana, seadanya, dan secukupnya.

Seingat saya, saya juga terbilang cepat bisa puasa sehari penuh. Kalau tidak salah, saat kelas 1 SD saya sudah kuat puasa sehari penuh. Hemm.. mungkin juga karena keadaan. Kalau mau mokel (bhs Jawa: membatalkan puasa), apa yang akan dimakan? Jarang sekali ada camilan di rumah. Mokel dengan minum air putih saja? Nanggung! Hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun