Banyak cara, banyak cerita, dan masing - masing memiliki tantangan sendiri, perjuangan sendiri, pengorbanan sendiri, canda tawa, tangis, susah, dan senang, semua dilakukan untuk apa? Untuk menyelesaikan sebuah harapan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan dihargai... berikut ceritaku...
Saya D. Atik Damarjati berasal dari kota kecil di Jawa Tengah. Saya anak kedua dari lima bersaudara. Semenjak kecil saya sudah dilatih untuk mandiri oleh orang tua saya karena sebagai anak kampung enggak pass juga jika saya menjadi anak manja dan tidak bisa apa - apa. Terkadang sebagai anak - anak dalam hati pengen lah punya mainan, dibelikan baju, bisa makan enak, jajan sesuka hatinya... namanya juga anak - anak ya... masih terlalu dini untuk mikir sesuatu yang berat, tapi itulah yang saya Alami. Saya mesti prihatin karena sesuatu hal yang mungkin tidak bisa saya ceritakan disini...
Saya sekolah di SMK karena dulu yang ada dibenak saya adalah, jika sekolah SMK saya bisa langsung mencari pekerjaan. Karena du sekolah SMK siswa pasti dibekali ketrampilan agar siap kerja jika lulus. Berhubung jarak antara rumah dan sekolah saya jauh, orang tua saya membuat keputusan saya harus tinggal di sebuah kost. Untuk pertama kali saya jauh dari orang tua... bawaannya nangis terus... tapi yah... saya mencoba memahami bahwa ini keputusan yang baik buat saya.
Lulus SMK Tahun 2007, bergegas saya membuat KTP, membuat syarat - syarat untuk bekal mencari pekerjaan, dan memang pada waktu itu ada salah satu warga desa yang mencarikan pekerjaan bagi orang - orang desa saya. Akhirnya, Tahun 2007 juga saya memutuskan untuk hijrah dikota besar Semarang.
Saya berpamitan meminta orang tua saya untuk mengizinkan saya dan meminta doa restu agar saya dimudahkan untuk mencari rejeki, karena niat Saya adalah membantu perekonomian orang tua. Nah... hingga pada akhirnya Saya bersama saudara saya dijemput dengan perantara tersebut. Dia bilang nanti di Semarang kamu dan saudara kamu kerja disebuah supermarket, dalam hati Alhamdulillah... supermarket. Tetapi setelah sampai di Semarang yang ada bukan supermarket tapi toko klontong. Saya dan saudara saya coba memahami, masuk rumah pemiliknya saya mencoba melihat kanan kiri, pemilik toko tersebut menjelaskan bahwa nanti saya dan saudara saya tidur di mess pemilik toko yang menjadi satu dengan toko kelontong tersebut. Disitu saya melihat ada dua anak laki - laki. Anak-anak tersebut kira - kira berusia 12 tahun. Kedua anak laki - laki itu sedang tidur yang beralas kardus. Setelah mereka bangun, saya berbincang sedikit dengan mereka. Kedua anak tersebut adalah pegawai toko kelontong. Dalam hati, saya merasa iba, karena mereka tidur beralaskan kardus... mereka bercerita setiap hari mereka memang seperti ini, katanya mereka belum bisa pulang karena belum ada ongkos untuk pulang kampung mereka yang nun jauh. Tidak tega mendengar hal tersebut, hati ini serasa tercabik - cabik melihat anak kecil yang sudah ada niat mencari uang namun ternyata kondisinya tidak sesuai dengan harapan. Bukannya saya tidak mau bekerja di toko kelontong tapi saya takut jika ada hal buruk terjadi sama saya dan saudara saya. Tidak mengulur waktu saya dan saudara Saya menghubungi kerabat Saya yang ada di Semarang, intinya adalah Saya minta dijemput karena saya tidak mau kerja disini. Saya takut waktu itu... akhirnya saya dijemput dan diajak ketempat kerabat Saya di Semarang.
Setelah tinggal sehari dirumah kerabat Saya di Semarang. Kemudian saudara saya memutuskan untuk kembali ke kampung dan tidak jadi kerja di Semarang, tetapi Saya beda... saya tetap tinggal di Semarang karena Saya sudah izin orang tua Saya untuk bekerja di Semarang. Hari demi hari saya mencoba untuk melamar pekerjaan, mencari - cari info lowongan pekerjaan. Setelah seminggu mencari kerja, Saya mendapatkan pekerjaan di suatu tempat kawasan industri sebagai buruh pabrik.
Waktu itu dalam hati Saya, yang terpenting adalah bisa bekerja terlebih dahulu untuk membayar sewa kost,jikalau ada waktu, saya akan mencoba untuk mencari lowongan pekerjaan yang lain.Â
Pekerjaan pertama Saya adalah di pabrik Furniture dan saya ditempatkan di bagian perakitan . Sebagai buruh tidak tetap, saya mesti bekerja keras dan cepat karena semakin banyak pekerjaan yang saya lakukan tentunya sangat berpengaruh terhadap gaji saya. Berat terasa, tetapi  saya fikir pekerjaan ini untuk mencari pengalaman dan sebagai batu loncatan.
Tidak terasa 3 bulan telah berlalu sebagai buruh pabrik bagian perakitan akhirnya saya bisa pindah ke bagian Quality Control di pabrik yang sama. Tidak lama saya sebagai Quality Control akhirnya saya diterima kerja di sebuah Toko Furniture di Area Semarang kota sebagai Sales Counter... dari itu kondisi keuangan Saya mulai stabil dari gaji sebagai buruh tidak tetap sampai mendapatkan jadi UMK.
Tidak berakhir dengan gaji UMK disitu saya mencoba mencari -cari pekerjaan lain supaya saya bisa memberikan uang yang sedikit lebih banyak untuk kebutuhan orang tua saya di kampung, akhirnya saya diterima bekerja di perusahaan baru yang mana waktu itu saya mendapatkan gaji yang lebih dari pekerjaan saya sebelumnya. Saya masuk tempat kerja yang baru di bidang usaha distributor consumer goods. Setelah berjalan 1 bulan lamanya, tidak ada prasangka yang buruk dari semua ini. Teryata perusahaan ini  adalah perusahaan bodong. Hahaha... kena tipu deh....niatnya untuk mendapatkan gaji yang lebih eh ternyata malah tidak sesuai harapan Sedih rasanya... kepikiran bagaimana saya mesti bayar kost, untuk biaya hidup sehari - hari,  kirim uang untuk orang tua karena saya sempat menjadi pengangguran untuk beberapa waktu tertentu.Â
Hari demi hari saya mesti bersemangat  memulai dari awal lagi  mencari lowongan pekerjaan, memasukkan lamaran pekerjaan kesana kemari akhirnya setelah 2 Minggu tidak bekerja Saya mendapatkan pekerjaan baru lagi... Alhamdulillah...Allah memberikan saya kesempatan lagi untuk mencari rejeki di kota ini.Â