Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benih Kebaikan di Dunia, Menghantarkan Jutaan Doa

10 Juli 2022   17:24 Diperbarui: 10 Juli 2022   19:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Benih Kebaikan di Dunia Menghantarkan Jutaan Doa

Kalimat diatas adalah pernyataan Kang Emil dalam youtube Mata Najwa ketika mengisahkan putra pertama mereka Emmeril Mumtaz Khan bersama Mamah Cinta mengenang kebersamaan menjelang maut menjemput dan peristiwa ini dijadikan pembelajaran bagi mereka untuk merubah tujuan kehidupan di dunia hanya untuk mempersiapkan bekal di hari kehidupan yang sebenarnya.

Seperti dikisahkan oleh Kang Emil , apa sih kebaikan yang telah dilakukan oleh sang putra hingga penduduk bumi dan penduduk langit bermunajat mendoakannya hingga jasadnya dijaga utuh di dalam bendungan sungai Aare , Kota Bern Swiss. Jasadnya wangi daun eucaliptus dan tubuhkan dibekukan oleh Alloh swt sehingga jasad renikpun tak ingin menyentuhnya dan ikut menjaganya. Amalan baik yang Eril lakukan adalah mengucapkan kata maaf, melakukan kebaikan tanpa posting dan publikasi dan yang terakhir adalah selalu mengucapkan terimakasih.

Menurut Teh Cinta, dari Eril kita banyak menemukan hikmah, latar belakang pendidikan, harta benda yang kita miliki dan segudang prestasi di dunia tak akan kita bawa ketika malaikat maut menjemput kita tetapi hanya amalan kebaikan.

Amalan-amalan kebaikan Eril yang awalnya tak tampak mata mulai terungkap antara lain memberi makan fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Menghargai orang lain tanpa memandang statusnya seperti diungkapkan oleh orang yang mengasuh Eril, saya dianggap seperti saudaranya dan bukan orang lain jadi kami berdua tak ada jarak. Selalu menyenangkan hati banyak orang. Santun kepada kedua orang tua dan Eril begitu sayang saudara. 

Eril dimata sang nenek dia selalu menyenangkan kami dan menyanyikan lagu Dealova bersama..Aku ingin menjadi ...sesuatu dalam hidupku.

Cerita dari beberap temannya Eril selalu memberikan barang2 yang dibutuhkan penjaga sekolah antara lain sepeda, sepatu dll. Selain itu sikap santun dan sopan kepada sang nenek ikut menarik perhatian salah satu temannya dia selalu mencium punggung tangan sang nenek.

Mbak Nana menyerahkan secarik kertas yang disampaikan oleh salah satu  pengunjung yang bersimpati dan disampaikan kepada  Ridwan Kamil, beliau hanya membaca dalam hati kemudian keryas tersebut diberikan kepada sang istri...Emil terimakasih ya , saya tidak menyangka kalau kamu adalah anak seorang gubernur , kamu telah menghantarkan kami ke gedung pernikahan dan menunggu hingga acara selesai walau kamu harus tidur di gazebo, terimakasih dan selamat jalan.

Kebaikan itu kadang tak terlihat karena biar saja menjadi catatan sang khalik dan dibukukan di raport akhirat kita, kebaikan itu akan berbalas dan Allah swt sudah memperlihatkan kisah Eril di depan mata. Kebaikannya memuliakannya di akhir dan menjaga jasadnya hingga wangi sampai Kang Emil berkata, ketika masuk di ruang jenazah tidak ada orang yang menggunakan masker padahal jasad di dalam air selama 14 hari, utuh dan wangi. 

Berjuta orang menghantar jenazahnya hingga tempat peristirahatan terakhir. Jadi tunggu apa lagi, ayo lakukan kebaikan sejak dini jangan tunggu punya uang, jangan tunggu jadi orang berpangkat dan punya harta berlipat. Kita bisa mulai dari hal yang kecil di sekitar kita, dan memulai dari apa yang kita bisa. Berbagi tak selalu denganharta benda tetapi nasehat kebaikan,karya atau sekedar menempatkan sampah di tempatnya bukan meletakkan sampah di pinggur jalan denganbau menyengat.Ayo mulai dari selarang dan mulai saat ini.

Semoga cerita ini bisa jadi inspirasi diri sendiri dan pembacanya. Kebaikan janganlah ditunda-tunda kebaikan harus kita segerakan.

Depok, 10 Juli 2022

Diah Asih Sukesi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun