Mohon tunggu...
Dee Ahmad
Dee Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - HADIR MEMBERI ARTI

Lahir di Mojokerto, menikah dan memiliki 3 putra putri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tetes Kerinduan

23 Maret 2020   09:03 Diperbarui: 23 Maret 2020   09:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu ... air mata ini pun runtuh membasahi sepucuk surat lusuh. Tertulis namaku dengan indah di sana namun aksaranya seperti tak bernyawa, dingin, mati tak berarti.

Tangisku membuncah begitu rupa, merepih keheningan suasana duka sembari melagukan kidung kesedihan menyayat rasa. Sungguh ... aku tak berdaya. Jemari ini kini seolah membeku, tak ada lagi sentuhan hangat jemarimu menemani hari-hariku.

Tubuhku limbung sebelum tumbang, pikirku melayang membelah kenangan. Seribu tanya menghujam isi kepala, perih rasa menghunus batin yang luka. Kau tak kutemukan lagi di sini, menguap melayang menuju nirwana.Meninggalkan jejak-jejak kerinduan pada cinta, kasih dan sayang.

Rendevouz Rindu, 25 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun