Mohon tunggu...
Diah Siregar
Diah Siregar Mohon Tunggu... -

hanya seorang dengan kepribadian biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelatihan Penulisan Narasi di Padang Halaban

9 Februari 2011   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297219916458172970

Ruangan ber-ac itu tetap dingin meski pembicaraan yang terjadi antara dua puluh dua orang di dalamnya berlangsung hangat. Seorang pria berwajah oriental, rambut yang mulai memutih satu-satu, memakai kacamata dan mengenakan kemeja batik menjadi titik fokus pendengaran dan penglihatan semua yang berada disitu. Kedua puluh satu orang lainnya duduk dengan formasi membentuk huruf U. Pria yang menjadi titik fokus tadi duduk di depan bagian tengahnya. Di depannya terdapat sebuah meja dengan laptop yang masih menyala di atasnya. Di sebelah meja itu terdapat meja yang lebih kecil lagi tempat proyektor di letakkan. Tak jarang pria yang duduk di tengah formasi itu bangkit dan berjalan di antara mereka yang duduk membentuk huruf U. Beberapa orang bergantian melempar pertanyaan. Yang lainnya menyimak dengan seksama. Pembicaraan mengenai tekhnik interview yang baik dan efektif itu kian menarik saja karena selain diskusi juga diadakan peragaan wawancara oleh peserta. Begitulah suasana pelatihan narasi pada hari kedua sesi kedua oleh Andreas Harsono, setelah sebelumnya Chik Rini pada sesi I menyampaikan materi 9 elemen jurnalisme. Pelatihan penulisan narasi oleh ETF (Eka Cifta Foundation) bekerja sama dengan Persma Suara Usu ini berlokasi di Training Center Perkebunan Sinar Mas Padang Halaban, Rantau Prapat. Beruntung dua kru Kreatif yakni, Budiah Sari Siregar dan Eko Haryanto berkesempatan mengikuti pelatihan dengan tema "Merangkai Kata, Menguak Fakta" ini dan berikut laporan keduanya : Senin, 25 Oktober 2010 Kami nyaris batal berangkat ke Padang Halaban, lokasi pelatihan. Apa pasal? Kami ketinggalan informasi. Sepengetahuan kami rombongan berangkat pada pukul 10.00 WIB, ternyata dua jam lebih cepat. Sedang saya masih kelelahan karena malamnya baru sampai di Medan (dari Sibolangit bareng kru Kreatif lainnya dalam rangka OA, Orientasi Alam calon kru baru Kreatif). Eko malah masih di rumahnya di Binjai dan belum berkemas-kemas. Beruntung tak hanya kami yang telat. Ada Hanan dari Suara Usu dan Romy dari Dinamika IAIN. Alhasil kami berempat menyusul dengan naik kereta api jam 10.00 WIB. Kurang lebih lima jam kemudian kami telah sampai di mess perkebunan Padang Halaban. Di sana sudah ada 16 peserta lainnya. Ditambah kami, total ada 20 peserta dari 4 universitas di Sumut : Suara Usu (12 peserta), Oase Stikp (3 peserta), Dinamika IAIN (3 peserta) dan Kreatif Unimed (2 peserta). Sorehnya, dua instruktur pelatihan, Andreas Harsono (pernah bekerja di The Jakarta Post, majalah Pantau dll) dan Chik Rini (pernah menjadi wartawan Analisa dan majalah Pantau) datang ke mess kami. Kami jalan-jalan soreh ke training center, tempat kami diskusi dan ke rumah tempat Chik Rini dan mas Andreas Harsono menginap. Selesai makan malam kami berangkat kembali ke training center. Malam pertama diisi oleh perkenalan antara instruktur, peserta dan PT. Sinar Mas sebagai tempat pelatihan. Lalu dilanjutkan dengan penjelasan tentang silabus, dimana mas Andreas menjelaskan jadwal pelatihan dan tema yang akan didiskusikan selama seminggu. Sehari ada dua sesi : 00.08-10.00 dan 11.00-13.00. setelah itu kembali ke mess, makan siang lalu acara bebas. Malam merupakan agenda nonton film dan mendiskusikannya hingga pukul 22.00 WIB. Tiap sesi berlangsung dengan hangat dan akrab. Selalu saja dipenuhi pertanyaan dan pendapat-pendapat dari peserta yang membuat suasana jadi hidup. Ditambah lagi humor-humor segar yang tercifta tanpa agenda. Namun ketegangan sempat terjadi saat peserta menonton video penyiksaan masyarakat papua yang disinyalir dilakukan oleh aparat. Semua menahan napas, terkesima, miris dan beberapa peserta menitikkan air mata. Tak percaya, penyiksaan itu terjadi di bumi yang mengaku berpancasila. Dari film ini saya dapat mengambil kesimpulan kenapa instruktur selalu menyemangati kami untuk menulis. Karena dunia harus tahu fakta yang ada. Menulis adalah salah satu caranya. Hal paling menyenangkan adalah saat jam bebas. Walau disebut bebas bukan berarti para peserta bebas melakukan apa saja. Jam bebas selalu dimanfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat di sekitar perkebunan. Praktek langsung ke lapangan dan menuliskannya dalam bentuk deskripsi (narasi singkat). Terjun langsung ke lapangan merupakan hal wajib jika ingin menulis narasi. Melihat langsung dari dekat dan mendapatkan feel menjadi orang yang kita tulis. Jam bebas selalu menyenangkan. Menyaksikan dari dekat kehidupan masyarakat di sekitar stasiun Padang Halaban, melihat karyawan perkebunan memetik kelapa sawit, memupuk dan memunguti butir-butir kelapa sawit (berondol) serta menyaksikan kelapa sawit diproses di pabrik. Tanpa sadar, 30 Oktober 2010 sudah di depan mata. Saatnya kembali ke Medan. Sabtu pagi itu, rombongan berangkat kembali ke Medan dengan menaiki kereta api. Masih terbayang sejuknya udara perkebunan, derai tawa peserta, senyum ramah pihak PT. Sinar Mas dan motivasi para instruktur untuk selalu menulis dan menulis. Menulis yang bermanfaat. Menulis kebenaran. Kereta api bergerak perlahan, semakin cepat. Kota Medan telah menanti, begitupun tanggung jawab yang diemban para peserta. Tanggung jawab untuk mempraktekkan ilmu yang telah didapat. Menulis. Merangkai kata, menguak fakta. NB : Tulisan ini dimuat di majalah Kreatif, Persma Kreatif Unimed edisi 053

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun