Mohon tunggu...
Diah Pratiwi
Diah Pratiwi Mohon Tunggu... wiraswasta -

lahir di Sidoarjo, sangat suka menulis apapun, artikel, novel, puisi, cerpen, dongeng..etc..

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Beo yang Lupa Terbang

18 September 2012   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah rumah, terdapat seekor burung Beo yang telah dipelihara oleh seorang anak laki-laki sejak dari kecil. Dia memeliharanya dengan baik dan memberinya banyak makanan. Beo ini ditempatkan diluar rumah pada sebuah sangkar. Burung Beo ini juga sangatlah malas, pekerjaannya sehari-hari hanya mengoceh dan makan saja. Suatu hari si anak laki-laki melepaskan sangkar Beo sebab merasa yakin dia tidak akan bisa terbang karena terlalu jinak. Beo ditempatkan di dahan pendek pada sebuah pohon mangga. Kehidupan di luar sangkar tidak memberinya perbedaan apa-apa. Beo sangat suka mengejek sesuatu yang ada disekitarnya. Dia mengejek orang-orang yang lewat didepannya, marah-marah pada hewan-hewan yang mampir pada pohon tempatnya bernaung, sampai meributkan masalah cuaca atau hal remeh lainnya.

Suatu hari datanglah seekor kupu-kupu yang terbang dari jauh, karena lelah kupu-kupu tersebut hinggap pada pucuk daun pohon mangga untuk beristirahat. Melihat kedatangan si kupu-kupu, Beo tidak tinggal diam, dengan suara yang mengejek dia berkata, “ Hei kupu-kupu, warnamu sangat mengganggu mataku, pekerjaanmu hanya terbang kesana-kemari, apakah kau sengaja pamer. Kau benar-benar sombong” oceh si Beo.

“Apa yang kamu katakan Beo, aku terbang kesana kemari untuk mencari nektar, aku tidak pernah pamer apalagi sombong. Sayapku yang indah ini adalah hasil dari kesabaranku menunggu dalam kepompong berhari-hari lamanya. Aku sangat bersyukur dapat terbang, kini mimpiku dapat terwujud berkat usaha dan kesabaranku”.

“Huh, baru bisa terbang saja kau sudah merasa sombong”

“wahai burung Beo, kau sendiri seekor burung, sungguh aneh bagiku melihatmu duduk disana sepanjang waktu, padahal kau bisa terbang kemanapun kau mau”

Burung Beo segera berkoak.“ kupu-kupu bodoh, sayapku ini dipakai untuk mengelus bulu-buluku. Aku tidak bisa terbang, hidupku dipohon ini. Aku tidak perlu repot-repot pergi kemana-mana karena orang lain sudah memberikan makanan padaku“ dengusnya bangga.

“kenapa kau tidak terbang seperti burung-burung lain apakah kau tidak ingin terbang?”

“sudah kubilang aku tidak bisa terbang!”

“tapi kau punya sayap?!”

“dasar kau kupu-kupu bodoh, sudah kubilang sayapku ini kupakai untuk meluruskan bulu-buluku yang kasar bukan untuk terbang”

Kupu-kupu merasa heran, “baru kali ini aku bertemu burung yang lupa dirinya adalah burung”.

Kupu-kupu mengepak-ngepakkan sayapnya dan segera terbang jauh.

Di lain hari seekor burung Pipit terbang merendah lalu hinggap di dahan pohon, burung Pipit berkicau dengan merdu, Beo yang sedang tertidur bangun dan melirik kesal, “hei burung Pipit, tidakkah kau tahu bahwa kicauanmu sangat jelek dan mengganggu tidurku!”

Si burung Pipit menoleh mendapati muka masam Beo “aku berkicau sepanjang waktu, tidak pernah ada yang bilang kicauanku jelek”

“tetapi telingaku sakit mendengarnya, tidak tahukah bahwa kicauanmu sangat jelek”

“wahai Beo pemarah, aku berkicau untuk menghibur hati yang sedih. Tidak kusangka aku akan mengganggumu. Aku melihatmu sepanjang waktu disini, padahal musim lalu kulihat banyak burung Beo lain sudah kembali ke hutan”

“apa maksudmu burung Beo lain sudah kembali ke hutan? Rumahku disini aku tidak tinggal dihutan”

“tetapi bukankah kau bebas, tanpa kurungan dan rantai yang mengikat kakimu mengapa kau tidak terbang menyusul teman-temanmu?”.

“aku seekor Beo dan aku tidak terbang”

“tapi kau seekor burung sama sepertiku kau punya sayap jadi pasti kau bisa terbang” si Pipit terbang mengitari Beo, “ lihat, kau juga bisa terbang sepertiku”.

“Dengar ya, aku memakai kakiku untuk pergi bukan sayapku. Aku tidak bisa terbang, jadi sekarang pergilah dari tempatku” ucap Beo kesal.

“kau sungguh Beo yang aneh, bagaimana mungkin kau tidak tahu dirimu bisa terbang”. Kata si Pipit sebelum melesat pergi. Setelah beberapa hari berlalu, pada suatu siang yang terik, seekor burung berbulu hitam terbang dari kejauhan lalu hinggap di dahan yang sama dengan tempat si Beo biasa berdiri. Si Beo merasa sangat heran melihat kehadirannya, ‘’ Hei..kau memiliki badan dan bulu yang sama denganku paruhmu juga sama persis denganku”

Burung pendatang berkata, “Tentu saja kamu kan sama denganku aku juga adalah seekor burung Beo, apa yang kamu lakukan disini? Kau tidak terbang ke utara untuk mencari tempat tinggal baru? “

“terbang? Jadi aku pun bisa terbang?” tanyanya ragu.

Beo pendatang berkata, “kau seekor Beo sama sepertiku jadi kau pastilah bisa terbang. Baiklah aku mesti pergi sekarang sebelum musim penghujan tiba aku harus tiba di hutan utara” burung Beo pendatang terbang jauh meninggalkan Beo yang masih menatapnya terbang jauh dengan keheranan. Tetapi karena sikap sombong dan pemalas yang dimilikinya Beo tidak mau belajar terbang, “Meskipun aku bisa terbang untuk apa aku terbang kalau aku bahagia disini, aku bisa tidur dan makan sesukaku tanpa perlu bersusah payah terbang”.

Pelan-pelan seiring bergantinya waktu, si anak laki-laki sering lupa memberinya makan. Burung Beo semakin sering mengeluh setiap waktu, Setelah beberapa waktu lamanya, secara tidak terduga dahan yang di hinggapinya jatuh karena menua. Dia pun ikut terjatuh di tanah, Si Anak laki-laki yang selalu merawatnya telah tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah sehingga rumah menjadi sepi. Tidak ada lagi yang memberinya makan, Dengan perut lapar serta murung dia kembali ke bawah pohon karena bingung harus pergi kemana. Saat dia tengah melamun terdengar suara tua, dia mendongak mendapati pohon yang selama ini menjadi tempatnya berlindung berkata, “ Mengapa kamu masih disini, seharusnya kamu terbang jauh ke utara bersama teman-temanmu. Disana adalah tempatmu, apa yang kau cari disini Beo. Kamu tidak akan mendapatkan apapun disini. Aku akan segera mati karena akar-akarku telah menua aku tidak bisa lagi menjadi tempatmu berlindung, maka dari itu aku memberimu nasehat terakhir dariku”.

“Meskipun aku bisa terbang, kemana aku harus pergi lagipula sayapku terlalu kaku untuk terbang, aku sudah lupa bagaimana terbang karena aku tidak pernah melatih sayapku untuk terbang”

“Kau pasti bisa terbang, jangan hanya mencari alasan. keluarlah dari tempat ini dan terbanglah jauh. Selama ini kau tidak pernah mau menyadari bahwa kesombonganmu serta kemalasanmu adalah kunci dari penjaramu sendiri. Kau seekor burung, hidupmu bebas di luar sana terbanglah jauh, pergilah ke tempat-tempat yang tidak pernah kau kunjungi. Ingatlah bahwa kau seekor burung dan burung memakai sayapnya untuk terbang bukan kakinya untuk berjalan”. Setelah berkata demikian seketika pohon yang telah tua dan lapuk itu pelan-pelan tumbang lalu mati. Seakan tersadar, Beo mencoba melatih kekuatan sayapnya dia mencoba mengepak-ngepakkannya untuk berusaha terbang Setiap hari Beo berusaha berlatih untuk terbang namun tetap saja dia hanya bisa melompat-lompat saja. Beo amat sedih, dia merasa selama ini telah menyia-nyiakan waktunya untuk bermalas-malasan. Hingga sore hari saat dia mulai berlatih lagi dia merasa seluruh tubuhnya terangkat dari tanah. Dengan kekuatan penuh dia membawa dirinya terbang semakin tinggi. Beo sangat gembira dia dapat melihat rumah yang ditempatinya semakin mengecil begitu pula kota dibawahnya dan sungai yang terlihat meliuk-liuk bagai ular. Dia melihat angkasa didepannya yang luas seakan-akan dia memiliki semua tempat di dunia lalu dia mulai mengepak-ngepakkan sayapnya lebih lebar, melesat dan menghilang di balik cakrawala.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun