Oleh: Rinda Ayulandari, Diah Ayu Sulistiowati, Marisa Safitri, Erik Ansagi
Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan senyawa untuk menyebabkan kerusakan atau injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif yang terjadi atau tidak terjadinya kerusakan yang tergantung pada jumlah unsur senyawa toksik yang terabsorbsi. Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada organ target telah telah menumpuk menjadi satu dalam jumlah yang cukup dari bagian toksik atau metabolitnya, begitu pula hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari agen toksik itu berada di organ target, tetapi bisa juga ditempat lain. Selanjutnya, untuk sebagian besar senyawa toksik pada konsentrasi yang tinggi dalam tubuh akan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Konsentrasi senyawa toksik dalam tubuh merupakan jumlah racun yang dipaparkan, kemudian berkaitan dengan kecepatan absorbsinya, jumlah yang diserap, dan berhubungan dengan distribusi, metabolisme maupun ekskresi senyawa toksik tersebut (Mansur, 2008).
Umumnya uji toksisitas bertujuan untuk menilai resiko yang mungkin ditimbulkan dari suatu zat kimia toksikan pada manusia. Untuk mengenali suatu zat kimia maka perlu dikenali bahaya yang mungkin ditimbulkan. Uji toksisitas terdiri dari toksisitas umum (seperti akut, subkronis, kronis) dan toksisitas khusus (seperti mutagenik,teratogenik dan karsinogenik)
Uji toksisitas akut merupakan bagian dari uji praklinik yang dirancang untuk mengukur efek toksik suatu senyawa. Toksisitas akut mengacu pada efek toksik yang terjadi setelah pemberian oral dosis tunggal dalam selang waktu 24 jam. Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk menyatakan tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, gejala fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data kualitatifnya (Jenova, 2009).
Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan oleh WHO suatu bahan/zat yang digunakan untuk tujuan pengobatan baik untuk manusia maupun hewan harus melalui tahap uji yaitu uji praklinik dan uji klinik. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 760/menkes/per/IX/1992 menyatakan bahwa obat yang berasal dari tanaman harus dapat dibuktikan khasiat maupun keamanannya. Adapun uji praklinik adalah tahap uji yang tujuannya untuk mengetahui dan menetapkan tingkatan keamanan dan kebenaran khasiat dari suatu bahan/zat uji yang masih dalam dugaan, sehingga secara ilmiah dilakukan uji toksisitas dan uji aktivitas .
Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan suatu tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai rempah dan banyak ditemukan di Indonesia sekitar 95% usaha rakyat dalam bentuk perkebunan yang tersebar diseluruh propinsi (Nurdjannah, 2004).
Secara tradisional, cengkeh sejak lama digunakan sebagai bumbu masakan dan masyarakat percaya bahwa dengan mengigit sebutir bunga cengkeh kering dapat menyembuhkan sakit gigi dan terutama untuk menghilangkan bau mulut. Secara ilmiah, cengkeh dimanfaatkan pada industri rokok, industri minuman, industri makanan, industry kosmetik, industri farmasi dan industri kimia lainnya (Towaha, 2012). selain itu cengkeh juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antifungi, antiinflamasi, pencegahan kanker pereda stres umum, pembersih darah, gangguan pencernaan, kesehatan kardiovaskular (Bhowmik et al.,2012).
Metode Thompson-Weil menggunakan daftar perhitungan LD50 merupakan metode yang sering digunakan dalam penentuan tingkat ketoksikan suatu senyawa. Dipilih metode ini dikarenakan mempunyai tingkat kepercayaan yang cukup tinggi, hasil yang akurat, dan tidak memerlukan hewan coba yang cukup banyak.
Langkah pengujian pertama, pembuatan Ekstrak Bunga Cengkeh Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi dimana serbuk simplisia cengkeh (Syzygium aromaticum) 400 gram dimasukkan kedalam wadah inert atau topless kaca kemudian dimasukkan pelarut etanol sebanyak 1000 mL. Diaduk menggunakan stirrer dan sesekali dikocok. Diamkan selama 1-2 hari setelah itu, dipisahkan residu dan filtrate menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Penyiapan hewan uji, hewan percobaan diaklimitasi terlebih dahulu selama 10 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan selama proses adaptasi mencit diberi makan jagung, wortel dan diberi minum dari ketimun. Mencit juga dipuasakan makan selama 8 jam namun tetap diberikan air sebelum dilakukan perlakuan. Kemudian penetapan dosis, dosis yang digunakan berdasarkan penelitian terhadap serbuk cengkeh yang diberikan peroral tidak menyebabkan kematian pada dosis tertinggi yaitu 2000 mg/kg, p.o. kedua dosis 250 mg/kg dan 2000 mg/kg didapatkan tidak menimbulkan efek toksik.
Pada uji toksisitas akut LD50 setiap kelompok perlakuan diberi ekstrak bunga cengkeh yang telah dilarutkan kedalam aquadest secara oral menggunakan sonde dengan tingkatan dosis yang berbeda yaitu 4 kelompok tingkatan dosis dan 1 kelompok kontrol.
Telah dilakukan ekstraksi bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi dilakukan selama 24 jam dan sesekali dikocok dan diaduk menggunakan stirrer. Adapun simplisia yang diekstraksi yaitu sebanyak 400 gram dan mendapatkan bobot ekstrak kental sebesar 42 gram sehingga persen rendemen yang didapat yaitu sebesar 10,5%.
Uji Skrining Fitokimia dilakukan dengan cara memeriksa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak bunga Cengkeh. Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung flavonoid.
Pada uji ini, magnesium dan asam klorida bereaksi membentuk gelembung gelembung gas H2. Penambahan logam Mg dan HCl pekat berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk warna merah atau jingga. Jika didalam suatu ekstrak terdapat senyawa flavonoid akan terbentuk garam flavilium saat penambahan Mg dan HCl yang berwarna merah atau jingga. Penambahan HCl dalam uji kualitatif flavonoid berguna sebagai penghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam, karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah, kuning, maupun jingga.
Telah dilakukan uji pendahuluan dengan penggunaan dosis terendah yaitu 2000 mg/kgbb dalam bentuk dosis serbuk sehingga untuk mendapatkan dosis dalam bentuk ekstrak maka dikalikan dengan persen rendemen (10,5%) didapatkan hasil dosis ekstrak yaitu 0,21 mg/kgbb. Untuk menentukan tingkatan dosis selanjutnya digunakan kelipatan dosis 3. Adapun hasil pada uji pendahuluan pada dosis kontrol yang diberikan Aquadest, dosis I, dan dosis II tidak menimbulkan kematian, pada dosis III terdapat 50% kematian (1 mencit mati) sedangkan pada dosis IV terdapat 100% kematian (2 mencit mati).
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada dosis I mencit tidak mengalami kematian (0%), pada dosis II (0%) pada dosis III mengalami kematian sebanyak 3 mencit dari jumlah mencit sebanyak 5 dengan persentase kematian 60% sedangkan pada dosis IV semua mencit mengalami kematian sehingga persentase kematian yaitu 100% sehingga urutan kematian pada uji toksisitas akut yaitu 0,0,3,5. Berdasarkan tabel weil harga r 0,0,3,5 mempunyai nilai f (factor) yaitu 0,90000. Kemudian dianalisis data kematian berdasarkan tabel weil sehingga nilai LD50 dari ekstrak bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) didapatkan 1,75 g/kg.bb dimana berdasarkan derajat ketoksikan termasuk pada kategori sedikit toksik dengan nilai rentang LD50 yaitu sebesar 1,2 g/kgbb -- 2,4 g/kgbb
Sumber artikel ini diambil dari beberapa jurnal penelitian yang terkait dengan uji toksisitas akut menggunakan metode THOMPSON-WEIL. Penulis berharap dengan disusunnya artikel ini dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa maupun mahasiswi sehingga dapat meningkatkan standar kompetensi dibidang laboratorium institusi pendidikan khususunya pada bagian pengujian toksikologi akut.
DAFTAR PUSTAKA
Bhowmik D, dkk. 2012. Journal of Pharmacolognosy and Phytochemistry: Recent Trend in Indian Tradisional Herbs Syzygium Aromaticum and its Health Benefits. Department of Pharmaceutical Sciences, Karpagam University: India.
Jenova Rika, 2009. Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica l.) Terhadap Mencit balb/c. Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Mansur, 2008. Toksikologi dan Distribusi agent Toksik Edisi 2. UI Press: Jakarta.
Nurdjannah, Nanan. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development: Bogor.
Towaha J. 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh dalam Berbagai Industri Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar: Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H