Dalam era digital yang terus berkembang, media sosial telah menjadi panggung utama bagi komunikasi politik (Qudsi&Syamtar, 2019). Fenomena menarik yang muncul adalah peran buzzer politik, yang dapat diartikan sebagai individu atau kelompok yang dibayar untuk menyebarkan informasi politik di media sosial (Trianto, 2023). Fokus utama kita adalah bagaimana peran buzzer politik ini mempengaruhi kepercayaan Generasi Z, kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
Dalam dunia politik, tidak dipungkiri bahwa generasi Z memainkan peran penting dalam transformasi dinamika media sosial. Mereka adalah kelompok yang tumbuh di tengah era teknologi, dengan akses instan terhadap informasi melalui platform digital (Sitompul et al., 2021). Kemampuan mereka beradaptasi dengan perkembangan teknologi menjadikan mereka konsumen informasi yang aktif di dunia maya. Dengan mendekati pemilihan umum 2024, peran buzzer politik adalah melakukan shaping opini publik, khususnya di kalangan Generasi Z, menjadi semakin signifikan.
Dampak buzzer politik terhadap kepercayaan Generasi Z melalui beberapa dimensi. Pertama, praktik buzzer politik dapat meningkatkan polarisasi di masyarakat. Informasi yang mereka sebarkan sering kali bersifat subjektif, penuh provokasi, dan tidak jarang mengandung bias politik (Dewantara, et al., 2022). Ini menciptakan perpecahan di kalangan Generasi Z, mempengaruhi hubungan sosial, dan berpotensi membentuk opini yang terpolarisasi.
Kedua, Generasi Z menghadapi tantangan dalam membedakan antara fakta dan hoaks akibat informasi yang disebarkan oleh buzzer politik. Dalam upaya untuk mencapai efek yang diinginkan, buzzer politik sering menggunakan taktik sensational dan menyebarkan informasi yang kurang diverifikasi (Neyasyah, 2019). Hal ini menciptakan kebingungan di antara Generasi Z, yang menjadi rentan terhadap penyebaran informasi palsu dan memiliki dampak serius pada pemahaman mereka terhadap realitas politik.
Selain itu, penggunaan media massa oleh buzzer politik juga menciptakan dampak negatif terhadap kepercayaan Generasi Z terhadap lembaga media. Dengan memanfaatkan media massa sebagai saluran utama untuk menyebarkan pesan mereka, buzzer politik dapat merusak integritas media tradisional di mata Generasi Z (Rohmah&Ernungtyas, 2019). Munculnya pertanyaan tentang kemandirian media dan ketergantungan pada narasi politik tertentu menjadi masalah kritis yang perlu diatasi.
Regulasi yang ketat terhadap praktik buzzer politik menjadi langkah yang mendesak. Regulasi ini harus memastikan bahwa buzzer politik menggunakan media sosial secara bertanggung jawab dan tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan. Karenanya, penting bagi masyarakat dan pengguna media sosial untuk menegakkan kontrol yang efektif untuk memastikan bahwa buzzer politik tidak merusak integritas informasi yang disampaikan kepada Generasi Z.
Namun, regulasi semata tidak cukup. Generasi Z juga perlu memainkan peran aktif dalam melindungi diri dari dampak negatif buzzer politik. Mereka perlu dikembangkan sikap kritis terhadap informasi yang mereka terima di media sosial. Kemampuan untuk membedakan antara fakta dan hoaks, serta kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis, menjadi keterampilan esensial bagi Generasi Z di era informasi ini.
Pendidikan literasi media dan kritis menjadi krusial dalam meningkatkan ketahanan Generasi Z terhadap pengaruh negatif buzzer politik. Generasi Z perlu diberdayakan untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas, mampu menilai keaslian dan keandalan informasi yang mereka terima di media sosial. Penguatan literasi media akan membantu mereka mengatasi tantangan informasi yang kompleks dan meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi dinamika informasi politik yang kompleks.
Dalam konteks ini, Â penting untuk menyoroti bahwa peran buzzer politik dalam membentuk opini publik menciptakan tantangan dan dampak yang signifikan. Keterlibatan masyarakat dalam proses politik, seperti partisipasi dalam pemilihan umum, diskusi terbuka, dan kepemimpinan masyarakat, juga harus ditingkatkan (Alif, 2023). Generasi Z harus diberdayakan untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif dalam membentuk arah politik negara mereka.
Penting untuk diakui bahwa fenomena buzzer politik tidak sepenuhnya negatif. Mereka dapat menjadi suara yang membawa perubahan positif jika digunakan secara etis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mencakup regulasi, literasi media, dan partisipasi aktif Generasi Z menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan dan integritas informasi politik di dunia digital ini.