Mohon tunggu...
Diana Fitriani
Diana Fitriani Mohon Tunggu... -

menulis apa yang ingin ditulis mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan... menggambarkan apa yang menjadi pandangan, dan membuat alur yang ingin dijalani.... it's just me,

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jangan Katakan Budaya pada Korupsi

2 Februari 2014   22:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mengatakan korupsi adalah budaya kurang lebih menyepakati bahwa koruptor adalah budayawan. Kesimpulan ini tidak saya ciptakan benar-benar oleh sendiri, melainkan berdasarkan kalimat yang diucapkan nyaris sama oleh Denny Chandra dalam acara Indonesia Lawak Klub yang tayang pada tanggal 1 Februari 2014. Sebenarnya pernyataan ini tidak hanya sekali ini saya dengar. Beberapa tahun silam guru saya yang juga merupakan seorang budayawan di daerah saya (Purwokerto) juga pernah mengatakan ketidak-sepakatannya terhadap kata budaya sebagai 'kata depan' kata korupsi ini. Penjelasannya singkat saja, budaya seharusnya ditempatkan untuk sesuatu yang positif karena budaya adalah mengenai budi baik. Lebih lanjut jika saya pelajari maksudnya, maka dapat saya perjelas sbb;
Kata yang merujuk kepada sesuatu yang bernilai baik dipadankan dengan kebalikannya memiliki kecenderungan bahwa makna keseluruhan dalam kalimat dapat diwakilkan pada kata yang memiliki posisi kuat (susah di gantikan dengan kata/kalimat lain) . Dalam penggunaan kalimat 'Budaya Korupsi', penempatan kata 'budaya' cenderung untuk mendukung kegiatan utamanya yaitu korupsi karena penggunaanya dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa korupsi sudah menjadi kebiasaan di negeri ini (dalam hal ini kata 'budaya' lebih dapat dijabarkan maksudnya, sehingga dapat dikatakan bahwa posisi kalimat tersebut adalah pendukung dari kata utama yaitu 'korupsi') . Berdasarkan dari penjabaran tsb, maka dapat saya simpulkan bahwa penggunaan kata 'budaya' untuk menggambarkan kebiasaan berkorupsi cenderung dipaksakan dan asal pakai saja (seperti halnya vickynisasi mungkin?) Anehnya, kalimat nyeleneh ini justru sering saja dipakai entah itu oleh orang awam maupun media surat kabar sampai televisi.  Bahkan dihari yang sama dengan tayangnya ILK (yang membuat saya teringat kembali makna dari kalimat ini), saya juga menemukan kalimat ini dipakai oleh calon Puteri Indonesia (untungnya gagal, alhamdulillah) dari daerah DKI Jakarta II Noor Zabilla  (yang saya anggap titipan karena ketika menjawab selalu tersendat-sendat, tapi anehnya bisa tembus lima besar -______- ) yang  mengatakan korupsi bisa disebabkan karena kegiatannya sudah membudaya. Budaya -_______-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun