Pada masa sekarang ini, banyak sekali acara televisi yang menghiasi hampir semua channel di televise Indonesia , dan hal yang sangat lazim kita saksikan saat menonton televisi untuk mengisi waktu luang dan hiburan. Mulai dari para pelajar manapun, banyak yang sering menonton sinetron. Hampir semua stasiun televisi berlomba untuk memproduksi sinetron.Tentunya akan membawa dampak bagi para siswa yang menontonnya jadi waktu rutin untuk belajar akan di gunakan menonton sinetron, Selain itu, sinetron dapat berpengaruh pada otak dan gaya hidup anak sehari-hari yang menirukan dalam adegan cerita sinetron tersebut.
Sinetron merupakan suatu jenis tayangan sinema elektronik yang berisi tentang cerita fiktif, yang kebanyakan saat ini mengangkat tema percintaan, seks, horor, kekerasan, dan konflik. Sinetron-sinetron semacam ini sering memperagakan gaya hidup yang cenderung penuh gengsi dan bentuk kehidupan yang jauh dari realita. Berkaitan dengan pendidikan, yang paling dirugikan dari tayangan sinetron adalah bagi para siswa. Mereka seharusnya lebih fokus pada pendidikan. Tetapi, dengan adanya sinetron yang tidak mengajarkan hal tidak patut pada para siswa, maka hal tersebut menjadi sangat merugikan dan terpengaruh pada kondisi psikologis anak.
Acara tv yang kurang mendidik
Sinetron Anak Jalanan di RCTI, selalu menduduki peringkat pertama rating televisi di Indonesia. Dibintangi artis remaja Stefan William dan Natasha Willona, sinetron ini justru mendapat banyak penolakan lantaran dianggap tidak mendidik.
Gerakan Peduli Generasi Muda Indonesia mengajukan penolakan dengan membuat petisi di situs Change.org. Mereka menuntut agar sinetron Anak Jalanan RCTI dihentikan lantaran membawa efek buruk di kalangan remaja “Sinetron anak jalanan yang tayang mulai Oktober 2015 ini memberi dampak dan menjadi contoh yang tidak baik bagi generasi muda, mulai dari hal kekerasan,hingga cerita yang menampilkan generasi muda menjalin hubungan diluar batas kenormalan dalam adat dan budaya timur sehingga menjadi contoh dan menimbulkan efek bagi generasi muda/i yang menontonnya,” demikian tulis mereka seperti ditilik Solopos.com di situs Change.org, Kamis (11/2/2016). Petisi ini mereka tujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),RCTI, MNC Media, Hary Tanoesoedibjo, Menkominfo, Presiden Joko Widodo, dan Sinemart Indonesia. Hingga Kamis, sebanyak 21.908 pengguna Internet (netizen) ikut serta menandatangani petisi ini. “Saya menandatangani petisi ini karena saya peduli dengan media. Kami generasi penerus tongkat estafet bangsa butuh media cerdas lewat tayangan yang mendidik. Bukan tayangan ‘sampah’
Acara tv yang mendidik
Keluarga Cemara, kisah sebuah keluarga yang memilih hidup dengan hanya bermodalkan kejujuran. Keluarga yang amat sangat sederhana terdiri atas Abah, kepala keluarga seorang penarik becak dan buruh apa saja, Ema, seorang wanita yang membuat opak untuk dijajakan anak perempuannya. Euis, si sulung yang kelas 6 SD, pernah mengalami masa jaya orangtuanya sebagai pengusaha, Ara atau Cemara yang baru masuk taman kanak-kanak, serta Agil, si bungsu.Kalau air mata bisa menjadi simbol kebahagiaan inilah kisah itu.
Penulis, Pemerintah harus memaksimalkan perannya dalam mengontrol tayangan di televisi seperti sinetron yang dapat membawa dampak negatif yaitu merusak moral dan menghancurkan generasi muda Indonesia. Pemerintah sebaiknya membatasi acara-acara yang tidak bermanfaat, memberikan sanksi bagi yang melanggar. Supaya tidak ada lagi tayangan yang kurang mendidih di televisi Indonesia.
“STOP ACARA YANG TIDAK BERMANFAAT DI TELEVISI”
Referensi: