Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun seiring perkembangan zaman banyak masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Salah satunya adalah masalah limbah sampah yang sulit diatasi. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023 hasil input dari 365 kabupaten/kota se-Indonesia, menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 38.7 juta ton.Â
Dari total produksi sampah nasional tersebut, 62.16% (24.1 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 37.84% (14.6 juta ton) belum terkelola dengan baik. Hal ini menyebabkan Indonesia berada di peringkat ketiga penghasil sampah terbesar di dunia. Posisi tersebut turun dari peringkat kedua pada tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh kegiatan masyarakat di Indonesia yang terus menghasilkan limbah. Salah satu dari jenis limbah yang sangat besar dihasilkan adalah sampah plastik.
Permasalahan limbah plastik dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi sorotan global. Setiap tahun, lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi, dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah atau di laut, menyebabkan kerusakan ekosistem yang masif. Selain mencemari lingkungan, limbah plastik juga membawa dampak serius terhadap kesehatan manusia melalui mikroplastik yang masuk ke rantai makanan. Di sisi lain, ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil terus memicu polusi udara yang berbahaya, yang juga berdampak langsung pada kesehatan. Maka, muncul inovasi yang menggabungkan solusi untuk kedua masalah ini: mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Mengapa Limbah Plastik Menjadi Solusi Potensial?
Limbah plastik sering dipandang sebagai masalah besar, tetapi dengan teknologi yang tepat, plastik dapat diolah menjadi sumber energi. Melalui proses pirolisis, plastik dapat diubah menjadi bahan bakar cair yang dapat digunakan oleh kendaraan bermesin bensin. Proses ini bekerja dengan memanaskan plastik pada suhu tinggi tanpa kehadiran oksigen. Proses ini tidak hanya membantu mengurangi volume limbah plastik di tempat pembuangan sampah (TPA), tetapi juga menghasilkan bahan bakar yang dapat menggantikan atau mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.Â
Teknologi ini memiliki dua manfaat utama yaitu:
- Mengurangi Akumulasi Limbah Plastik:Â Pengubahan plastik menjadi bahan bakar dapat membantu mengurangi jumlah plastik yang terbuang di TPA atau yang mencemari lautan. Hal ini merupakan langkah penting mengingat mikroplastik telah ditemukan di dalam air, makanan, dan bahkan dalam tubuh manusia.
- Menghasilkan Energi dari Limbah:Â Bahan bakar yang dihasilkan dari proses pirolisis dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar fosil. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga mengurangi ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil yang menipis.Â
Dampak terhadap Kesehatan Masyarakat
Penggunaan bahan bakar dari limbah plastik memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mengurangi polusi. Polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil diketahui sebagai penyebab utama berbagai penyakit pernapasan dan kardiovaskular, seperti asma, bronkitis, hingga kanker paru-paru. Dengan beralih ke bahan bakar yang lebih bersih seperti yang dihasilkan dari plastik, emisi karbon yang dihasilkan dapat ditekan, sehingga kualitas udara dapat meningkat.
Penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar juga dapat membantu mengurangi risiko kesehatan yang diakibatkan oleh pembuangan plastik secara sembarangan. Plastik yang tidak terurai dapat memecah menjadi mikroplastik yang akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air. Selain itu, penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar juga meminimalkan pembakaran sampah plastik secara tidak terkendali, yang sering terjadi di negara berkembang. Pembakaran ini menghasilkan zat kimia berbahaya seperti dioksin, yang diketahui bersifat karsinogenik dan menyebabkan gangguan kesehatan serius.Â
Tantangan Implementasi
Meskipun teknologi ini menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi untuk implementasi secara luas:
- Biaya Produksi yang Tinggi: Meskipun teknologi pirolisis sudah ada, biaya untuk memproses limbah plastik menjadi bahan bakar masih relatif tinggi. Dengan dibutuhkan investasi yang signifikan dalam skala besar agar teknologi ini menjadi lebih terjangkau dan efisien.
- Skalabilitas dan Infrastruktur: Untuk mencapai manfaat maksimal, diperlukan infrastruktur yang mendukung pengumpulan, pemrosesan, dan distribusi bahan bakar plastik dalam skala besar. Di banyak negara, sistem pengelolaan sampah masih belum memadai untuk mendukung proses ini.