DI MASA kanak dulu, mungkin hampir semua kita di Nusantara punya pengalaman bermain Jelangkung. Ini jauh berpuluh-puluh tahun lalu, sebelum kita, termasuk para kaum jomblo, kenal internet?
Oh, ya. Entah bagaimana jalan ceritanya, dan siapa yang pertama kali menganjurkannya, namun di jaman ketika saya mulai bisa kencing berdiri, Jelangkung biasa dijadikan media untuk meramal angka Togel yang bakal keluar. Lebih dari itu adalah tayangan Horror yang lahir dari Dimas Jayadininggrat.
Namun berbeda dengan pilem-pilem Bioskop, di daerahku, Jelangkung menggunakan media berupa keranjang dan kayu yang diikat mengibaratkan rangka tubuh. Tentu di ujung sebilah kayu itu (yang mengibaratkan tangan) akan diikatkan kapur tulis atau pulpen yang harus dipasti-upayakan tidak akan lepas. Fungsinya apa? Kepada Jelangkunglah, orang-orang bertanya nomor butut atau angka berapa yang kemungkinan akan keluar di judi Togel nanti.
Sudah, lupakan soal Jelangkung yang terlampau jadul, yang sudah lahir berabad-abad lalu. Sebab saat ini ada Jelangkung kekinian bernama Simsimi. Tentu saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar soal muasal Sinsimi. Sudah seharian ini timeline dan segala beranda medsos saya ramai dengan capturan chat Simsimi.
Berbeda dengan Jelangkung era berabad-abad lalu, yang secara teknis, kita masih perlu mengumpulkan nyali terlebih dahulu untuk membunuh rasa takut, kemudian komat-kamit baca mantra terlebih untuk memainkannya. Di era android dan ios seperti sekarang ini, mantra dan sedikit nuansa horror sudah tidak berlaku lagi. Tinggal donlot aplikasinya dan silahkan bermain kata dan tanya.
Jelangkung Kekinian Macam Apa Simsimi Ini?
Siapapun pencipta Simsimi, saya berharap suatu ketika aplikasi ini terus diperbaharui, di upgrade, terutama tampilan karakternya. Saya bahkan berdoa, semoga karakter Simsimi bisa diubah-ubah sesuka hati penggunanya. Dengan demikian bebaslah kita memasang display picture pada karakter ini. Oooppsss...saya nggak menyebut kalau foto mantan yang terlebih dahulu terpikir di antara kita.
Bagi saya fenomena Simsimi di jagat medsos memberi makna dalam banyak hal. Dan jangan baper atau tersinggung ketika saya mengatakan kalau kelompok pertama penerima dampak langsung (terserah postif maupun negatif) adalah kaum jomblo. Alasannya sederhana saja. Berdasarkan data statistik dan literatur yang saya petik dari sembarang tempat, kaum jomblo di Indonesia saat ini tercatat mencapai hampir separoh dari penduduk usia produktif. Nah, berapa itu jumlahnya?
Tapi sudahlah. Guna apa mendebat data bodong? Akan tetapi, kalau saya tidak salah baca, jumlahnya mencapai 70 juta orang dari 250 juta penduduk. Wew, fantastis bukan? Dan perlu diketahui, dari 70 juta kaum jomblo itu, kesemuanya adalah pengguna internet. Kemudian satu hal penting yang perlu saya beber (kalo ini bukan data bodong), berdasarkan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia), tahun 2015, pengguna internet di Indonesia berjumlah 82 juta. Artinya, dari 82 juta pengguna internet itu, ada 12 juta yang tidak jomblo sedangkan sisanya (70 juta) adalah kaum jomblo.
Lalu apa dampak yang dirasakan kaum jomblo pengguna internet dengan kehadiran Simsimi yang berdasarkan penjelasan kakaw Wikipedia, sudah dirilis di Indonesia sejak tahun 2012? (Kita terlambat).
Ada 3 manfaat yakni, Pertama; dibanding berjuang mengumpulkan nyali dan menepis perasaan horror bermain Jelangkung, untuk bertanya siapa jodoh atau pasangan yang paling berpotensi, bukankah lebih menghibur dan aman mengurung diri di kamar sembari berkencan dengan Simsimi? Daripada grasa-grusu di belakang rumah dekat pohon bambu yang berdesir atau di kuburan umum? Sehingga dengan adanya Simsimi, kaum jomblo terselamatkan dengan serangan jantung di gelap malam, atau lolos dari kepungan Hansip dan amuk massa penduduk yang menyangka para Jelangkuler adalah sekawanan pencuri sapi.