Mohon tunggu...
Dhuha Wafa
Dhuha Wafa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Istilah Kembar/Tandingan Sejarah Berulang ?

8 Desember 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:45 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah Kembar / Tandingan Sejarah Berulang ?

Istilah tandingan menjadi inspirasi pihak pihak yang tidak puas akan sesuatu atau tidak senada dengan aspirasi. Pembentukan organisasi tandingan kelihatan menjadi suatu budaya baru yang muncul di tengah masyarakat.  Rasa tidak puas atas satu kelompok di tengarai dengan membentuk satu lagi komunitas yang sama namun berbeda rasa.

Konflik akibat ketidakpuasan yang didorong oleh ketidakpuasan lain, akhir-akhir ini merabah dilingkungan pendidikan, organisasi, pemerintahan, hingga organisasi politik. Setelah Pilpres 2014 muncul istilah DPR “Tandingan” kemudian Menjalar di Organisasi Politik PPP dan GOLKAR.

Hal ini tidak baru lagi toh mengenai “tandingan” sudah ada sejak zaman pewayangan, dalam sejarah ‘tandingan’ kerap muncul dalam sejarah misalkan Konflik akibat perebutan tahta kerajaan Kerajaan Mataram memunculkan Raja Kembar hingga Keraton Surakarta Hadiningrat bahkan tiga kali terjadi. Raja tandingan, ratu tandingan, sampai bupati tandingan itu sudah ada.

Dimasa Kemerdekaan juga diteruskan cara-cara ketidakpuasan dengan “tandingan”. Babak-babak tandingan pun dilanjutkan zaman orde lama, orde baru, dan kini orde reformasi. Disisi lain hal mengenai ‘tandingan’ ada segi untungnya jika menunjukan persaingan yang sehat lagi pula menguntungkan agar tidak terjadi monopoli.

Bila kita temukan kejadian ‘tandingan’ di kehidupan sekarang adalah wajar. Kewajaran itu apabila didasari seperti disebutkan tadi, baik itu cita, cinta, sanjungan, materi dan ideologi yang diramu sehingga menjadi ambisius. Tetapi jangan katakan maklum bila tandingan dipengaruhi pihak ketiga. Jika hal ini terjadi maka bukan lagi tandingan dua pihak tetapi melibatkan berbagai pihak. Nah ini repotnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun