Mohon tunggu...
dhodik bimo
dhodik bimo Mohon Tunggu... Pns -

Menapak jalan baru dengan sebuah optimisme

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keterbukaan Ekonomi di Asean

21 Januari 2016   14:07 Diperbarui: 21 Januari 2016   14:32 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

        Awal tahun 2016 merupakan awal sebuah keterbukaan bagi perekonomian di Asean. Banyak yang menilai ini sebuah momok bagi perkembangan ekonomi Indonesia, tetapi tidak sedikit pula yang melihat ini sebuah peluang bagi bangkitnya ekonomi Indonesia.  Tahun ini disepakati mulai keterbukaan ekonomi Asean. Negara-negara asean sepakat membentuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA akan membuka jula beli barang dan jasa secara terbuka, halangan-halangan yang berupa aturan ekonomi harus dihilangkan  agar antar negara di Asean bisa melakukan jual beli secara langsung/ tidak ada hambatan tarif. Setiap negara mau tidak mau atau suka tidak suka harus bersiap menjalaninya, persaingan ekonomi antar negara semakin kompetitif.

          ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi yang didirikan oleh Negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada tanggal 8 Agustus 1967 di Kota Bangkok (Thailand) dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengembangkan kebudayaan Negara-negara anggotanya, menjaga stabilitas dan perdamaian serta memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk membahas perbedaan dengan damai (http://ilmupengetahuanumum.com). Sampai saat ini jumlah negara Asean sudah meliputi 10 Negara. Apabila dilihat secara  ekonomi ini merupakan peluang pasar yang sangat bagus. Apalagi negara Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta lebih, merupakan salah satu pangsa pasar terbesar di wilayah Asean. Semua negara di Asean mempunyai kepentingan terhadap Indonesia. Apabila Indonesia tidak siap maka banyak produk barang dan jasa yang masuk negara Indonesia, dan apabila dilihat secara ekonomi ini akan merugikan Indonesia, karena devisa Indonesia akan terserap untuk membayar itu semua.

          Ekonomi Indonesia sebenarnya pernah di uji coba ketika terjadi krisis pada tahun 1998, banyak industri-industri terpuruk karena resesi ekonomi ini. Tetapi yang sungguh menakjubkan ekonomi kecil atau UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) tetap kuat dan tidak terpengaruh. UMKM tetap berjaya seakan tidak ada gangguan sedikitpun. Satu pengalaman yang harus diambil dari peristiwa ekonomi tahun 1998 adalah UMKM tidak tergantung dengan mata uang asing, jadi ketika krisis keuangan mereka digdaya.

          Pertanyaannya apakah pengalaman ekonomi tahun 1998 dapat dijadikan senjata untuk menangkal keterbukaan ekonomi di Asean melalui MEA. Ingat kata-kata bijak "tiap masa ada sejarahnya dan tiap masa akan menyimpan sejarahnya sendiri". Kondisi tahun 2016 akan sangat beda dengan kondisi 1998. Pada kondisi 1998 krisis ekonomi berpengaruh pada politik, dan kejadian waktu seakan terjadi secara tiba-tiba. Tapi untuk MEA ini sudah disosialisasikan sejak lama, mulai di tandatangani pada KTT Asean ke-14 di Thailand. Indonesia harus siap, ada bebarapa hal yang patut disiapkan, seperti : Tenaga Kerja, Kualitas Produk, Pelayanan, Nilai Jual dll.

         Indonesia secara substansi sudah siap, tetapi yang perlu ditekankan harus ada sinergi antara pemerintah selaku pembuat kebijakan, swasta yang menjalankan kebijakan dan sumberdaya manusia selaku aktor dalam perekonomian. Kita melihat pemerintah masih banyak lubang-lubangnya dalam membuat kebijakan, dan pihak swasta masih tenang-tenang saja dalam menghadapi MEA. SDM kita dibandingkan dengan negara-negara Asean tidak terlalu kalah, tetapi karena sumberdaya alam Indonesia yang digunakan proses produksi masih banyak, maka SDM kita cenderung kurang antisipasi. Kita tidak mau suatu hari nanti kekalahan persaingan kita di Asean dikarenakan alasan-alasan yang kurang substansial.

         Sinergi antara pemerintah, swasta harus secepatnya dilakukan untuk mengantisipasi MEA. Terutama sinergi bagi perusahaan yang mempunyai output yang seidentik dengan negara lainnya, karena dipastikan kondisi ini akan menjadi peperangan ekonomi yang tidak dapat dielakkan. Untuk perusahaan yang mempunyai produk yang tidak ada di negara lain, mungkin masih bisa untuk mengantisipasi dan beradaptasi. Kita yakin mampu untuk saling bersinergi, sehingga kita siap dan berjuang bersama untuk kemajuan ekonomi Indonesia.

     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun