Aku lulus SMA, langsung ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan alhamdulillah lolos ke PTN bergengsi di Yogyakarta. Wah..emak ama Bapak senengnya nggak ketulungan, meskipun aku tahu dari mata mereka puyeng juga mikirin dari mana nanti duit kuliahnya. Setelah masuk lalu ngurusin adminitrasi, dan tetek bengeknya. Tibalah saatnya masa perploncoan atau Opspek. Monster yang satu ini jadi momok semua mahasiswa baru, tak terkecuali aku. Apalagi senior-senior pendampingnya mukanya sangar-sangar dan sedikit kejam. Bahkan seorang cewek pendamping yang paling cantikpun kelihatannya sangat menyeramkan.
Horor Opspek sangat mencekam dan menakutkan. Kepala harus gundul, pagi-pagi bangun dan harus lari-lari. Padahal malam harinya kita harus mencari tugas-tugas yang sudah diberikan oleh para senior. Tugasnya aneh-aneh dan kadang-kadang nggk masuk akal. Fakultasku berhubungan dengan petani dan tanam-tanaman. Tugasnya nggk jauh-jauh dari padi, pete dan terong-terongan. Hari pertama Opspek saya lalui dengan selamat, karena semua tugas masih dapat aku kerjakan. Selama opspek aku selalu bareng ama tiga temenku: Fajar, Pieter dan Anang. Temenku si Pieter nih orang timur dan badannya gendut, tapi anaknya orang kaya jadi dia bersedia ngeluarin duit lebih asal tugasnya selesai.
Pada hari kedua kita ditugaskan membuat sabuk dari pete dan berkalung terong. Terong tidak boleh sembarangan ukuran 7-10 cm dan diameternya 2-3 cm, warnanya ungu. Malam itu saya berempat cari terong dan pete di pasar. Pete sudah kita dapat, tinggal terong yang belum. Aku nyari terong sampai keliling yogya, tapi tetep aja nggk dapat. Lalu muncullah ide dari Fajar. Kata Fajar " udahlah kita cari terong hijau nggk apa-apa, yang penting bawa", lalu Pieter menimpali " Tapi warna dan ukurannya gimana ?, sebab terongnya adanya yang gedhe-gedhe", "nah aku ada ide, kita hitamin aja dengan spidol" kata Anang. Tapi dari keempat terung ukurannya berbeda, akhirnya kita sepakat ukuran yg paling gedhe buat pieter.
Pieter semalam ternyata ngerjain kita jam beker yg sudah kita pasang alarm jam 5, diganti ama jam 6. Akhirnya kita tergesa-gesa, sholat shubuh cepet-cepetan. Karena masih ngantuk nggk terasa Pieter ambil terong yang kecil, karena cuek aja terpaksa aku dapat terong yang paling gedhe, ukuran panjang hampir 20 cm diameter 5 cm. Ketika jalan hampir semua orang di jalan tertawa melihat aku pakai topi caping, bersabuk pete, dengan hiasan ikan asin dan berkalungkan terong hitam.
Tibalah saat masuk ke Bulaksumur. Semua harus jalan kaki ketika memasuki wilayah kampus. Untung aku nggk terlambat. aku lihat teman-teman ku lainnya sudah sesuai semua tugasnya. Maka sambil berbaris kelihatan terongku bergelantungan paling besar. "mati aku, seniorku menatap aku terus....hukuman apalagi ini" ucap ku ke teman sebelahku. Ketika habis doa pagi langsung aja seniorku nunjuk-nunjuk aku "ambil-ambil ambil ambil...ini contoh orang yang melawan aturan". "tahu salah kamu" kata seniorku. Aku bilang "nggk tahu...", yang lainnya menimpali "ngomong yang keras donk jangan kayak banci gitu". aku panas langsung aku teriak " nggak tahuuuuu !!!", eh malah dibilang " he ! kamu melawanyah", habislah aku dikerjain semua senior.
Seorang senior bilang " Kesalahan kamu fatal, suruh bawa terongukuran 7 cm, warna ungu,dengan diamter 2-3 cm....ini lihat terong kamu panjang, warnanya hitam lagi"..senior lain menimpali " besar tuh terongnya" sambil senyum-senyum. " sekarang terong kamu...kamu angkat ke atas lalu kamu jalan mengelilingi semua barisan, sambil ngomong "Punyaku Panjang Hitam dan Besarr !". Senior lainnya menambahkan ke semua barisan " jangan sampai ada yang tertawa...jangan sampai menghina ini tidak lucu!!!". Lalu dengan cueknya aku jalan sambil mengangkat terong dan berkata "punyaku, panjang, hitam dan besar...!! halo-halo punyaku, panjang, hitam dan besar" berkali-kali aku lakukan, dengan mukaku yang agak melucu. Hampir semua kawanku tertawa. langsung para senior berteriak-teriak "ambil..ambil...ambil yang tertawa ambil". Bahkan salah satu kawanku karena nggk kuat menahan tawa langsung ngakak keras. dia bilang ama senior "udah silahkan aku dihukum apa saja...daripada nahan tawa". Kenangan Opspek sangat indah sekali.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H