Mohon tunggu...
Dhiyo Pradnya
Dhiyo Pradnya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitaspendidikanganesha

Saya Menempuh pendidikan di Universitas pendidikan Ganesha, dengan jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan kejuruan. Prodi S1 Pendidikan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hari Spesial di Bali: Perayaan Hari raya Nyepi Pengererupukan beserta Pawai Ogoh-Ogoh, Bersamaan dengan Manis Kuningan

13 Maret 2024   20:51 Diperbarui: 13 Maret 2024   20:54 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Perayaan Nyepi memiliki makna mendalam, adapun filosofi satu hari sebelum raya nyepi yaitu Pengerupukan. Tradisi Pengerupukan di Bali sudah ada sejak tahun 1980-an. 

Pengerupukan Umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi satu kali setiap tahunnya.  Pengerupukan dilaksanakan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar rumah. 

Bhuta kala ini manifestasi dari sifat-sifat buruk manusia seperti keserakahan, dengki, nafsu, dan unsur  negatif lainnya. rangkaianya adalah ngutang nasi tawur, menyebarkan asap dari daun kelapa kering ke sekeliling rumah, menyemburi rumah dan pekarangannya dengan mesiu, dan memukul benda-benda supaya menghasilkan suara gaduh.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Rangkaian tradisi Pengerupukan diawali dengan Upacara Tawur Agung Kesanga. dan pengarakan ogoh-ogoh .Ogoh-Ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang berasal dari Bahasa Bali dengan makna digoyang-goyangkan. Ogoh-ogoh sendiri direpresentasikan sebagai Bhuta Kala. 

Bhuta Kala bermaknakan kata kekuatan (Bhu) serta alam semesta dan ketiadaan waktu (Kala) yang tak terbatas dan tak tergoyahkan. Dalam bentuk patung, Ogoh-ogoh umumnya digambarkan sebagai sosok besar yang menyeramkan, seringkali berwujud Rakshasa atau makhluk-makhluk dari dunia maya

Dokumen Pribadi 
Dokumen Pribadi 
Pengarakan Ogoh-ogoh juga menyiratkan makna mendalam. Ogoh-ogoh memvisualisasikan sifat-sifat negatif dalam diri manusia.Ogoh Ogoh mulai diarak pada sore hingga malam hari setelah melangsungkan Upacara Mecaru.

Pengarakan ogoh-ogoh dilakukan dengan mengelilingi desa adat sambil diiringi dengan musik gamelan, obor, dan petasan-petasan dari masyarakat yang memeriahkan acara. Setelah ogoh-ogoh diarak, ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol memusnahkan Bhuta Kala dari bumi.

Setelah hari raya pengerupukan satu hari setelah nya, diadakan hari raya Nyepi , Nyepi merupakan cara untuk menjaga keseimbangan alam dan hubungan antara manusia dan alam semesta. Dengan menghentikan semua aktivitas manusia, Nyepi memberikan kesempatan bagi alam untuk beristirahat dan pulih dari gangguan yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun